Soso buru-buru menenangkannya --sebetulnya sambil menenangkan dirinya sendiri yang kaget luar biasa. "Sabar Mak, sabar... saya cuma kaget..."
Mak Keke duduk lagi. "Mak nggak minta persetujuanmu So. Mak cuma mau bilang begitu keadaannya. Dan itu bagus kan daripada Mak sendirian seumur hidup, sementara Bapakmu itu sama sekali nggak ngasih apa-apa, bahkan kejelasan pun enggak!"
Soso segera menelan sisa roti dan menghabiskan minumannya. Ia beneran kaget. Kekagetannya jelas karena apa yang disampaikan Mak Keke berbeda jauh dengan apa yang dipikirkannya.Â
Dikiranya Pak Koba datang untuk meminta pertanggungjawabannya dan segera menikahi si Bonia. Taunya, Pak Koba yang duda itu malah melamar ibunya untuk jadi istrinya! Jadi itu sama sekali nggak ada hubungannya langsung dengan dirinya, kecuali karena Mak Keke adalah ibunya!
"Mak mau jadi istrinya Pak Koba?" tanya Soso. Ia bukan salah dengar, tapi ingin meyakinkan saja.
"Iya. Emak sudah menerima lamarannya. Hari ini, nanti malam, Mak akan menikah dengannya!" jawab Mak Keke.
"Saya akan jadi anak tirinya Pak Koba, dan saudara tiri si Yuri dan Bonia?" tanya Soso lagi.
Mak Keke mulai keliatan sebel. "Ya begitu, memangnya kamu nggak ngerti silsilah untuk keluarga janda dan duda yang menikah setelah sama-sama punya anak!"
Nafas Soso tersengal-sengal, tampak sekali ia berusaha menenangkan diri dari kekagetannya.
"Jangan bilang kamu nggak setuju ya!" kata Mak Keke setengah mengancam.
"Yaaa bagus lah Mak... masak saya nggak setuju!" jawab Soso.