“Aku nggak nangis. Mataku kecolok jenggotmu!” jawab Mak Keke.
Soso terkekeh, nggak jadi acara haru-haruannya. “Ya udah deh Mak, baik-baik di sini ya…” kata Soso.
“Kau juga, di sana jangan nyari masalah. Masalah kita udah kebanyakan, nggak usah jadi kolektor masalah, nggak bakalan laku dijual apa dilelang juga!”
“Iya Mak…” kata Soso. Ia memeluk tubuh ibunya yang mulai renta, padahal umurnya belum tua-tua amat.
Soso menenteng buntelan barangnya yang bahkan belum dibuka itu. Ia hampir saja melangkah kalau nggak inget sesuatu. Dibukanya buntelannya itu, dikeluarkannya kaftan yang ia beli di Tiflis. “Mak, ini oleh-oleh dari Tiflis…” katanya sambil menyerahkan pakaian berwarna hitam itu.
“Aneh, orang tuh ngasih oleh-oleh pas datang, bukannya pas mau pulang!” kata Mak Keke sambil menerimanya, tapi ia girang juga mendapatkannya.
“Daster siapa yang kamu colong?” tanya Mak Keke saat mengamati pemberian Soso itu.
“Enak aja daster, itu kaftan, made in Persia, saya beli di Tiflis. Mak kurang gaul banget sih…” kata Soso.
Mak Keke terkekeh, “Ini buat kondangan bagus nggak So?”
“Udah ah, terserah Emak, mau dipake kondangan kek, mau dipake ngelayat orang mati kek, mau dijadiin daster buat tidur juga terserah.. ya udah ya Mak, keburu siang nih…” kata Soso.
“Ya udah.. besok-besok oleh-olehnya jangan baju So, anting kek, cincin kek, atau sukur-sukur kalung permata!” kata Mak Keke.