Semua melirik Soso.
“Aku nggak ikutan dulu deh, mau ke rumah orangtua angkatku…” jawab Soso.
“Ke rumah orang tua angkat atau ngapelin cewekmu?” tanya si Gego.
Soso nyengir, “Nggak lah, badan babak belur begini masak nemuin dia. Ntar ketauan lagi kalau kita habis kena hukuman…”
“Terus, kapan dong kita dikenalin sama cewekmu dan cewek-cewek Ukraina itu?” tanya si Gego lagi.
“Ya nanti lah kalau kita sudah pada ganteng lagi…” jawab Soso.
Dan, jam istirahat itu, seperti yang dikatakan pada teman-temannya, Soso memang tak mengunjungi Irena. Tapi ia juga bohong soal menemui orang tua angkatnya. Ia malah berjalan ke barat dan mampir di toko buku Pak Yedid.
Pak Yedid jelas kaget dengan kedatangan Soso. Bukan saja karena sudah lumayan lama ia tak berkunjung, tapi juga karena seragam yang dipakai Soso.
“Jadi kau sekolah di situ, So?” tanya Pak Yedid dengan takjub.
Soso hanya mesam-mesem dan mengangguk. “Punya buku-bukunya Leo Tolstoy, Pak?” tanya Soso.
“Ada. Kok baru nyari sekarang?” Pak Yedid balik nanya. “Eh, di sekolahmu kan dilarang baca buku-bukunya Tolstoy…” kata Pak Yedid lagi.