"Sekarang nggak les lagi Romo..."
"Coba belajar juga bahasa Jerman atau Inggris..." katanya.
Soso mengangguk, "Iya Romo, nanti kalau ada rezeki buat bayarnya..." jawab Soso.
"Oh iya, balik lagi ke soal yang tadi. Saya mau bilang sama kamu, kalau ibumu sudah berusaha keras agar kamu bisa masuk sekolah tahun ini. Tahun ajaran baru sudah mau dimulai sebentar lagi. Dia memang kesulitan untuk mendapatkan uang sebanyak itu, dan ia juga mengaku susah kalau menyicil, takutnya kamu malah putus di tengah jalan. Terus saya coba bantu ngobrol dengan beberapa orang, guru-guru sekolah yang lain, Pak Simon, Pak David, juga Romo Peter. Mereka sepakat untuk membantu kamu masuk sekolah. Oh iya, kata Mak Keke, Pak Koba juga ngasih bantuan. Jadi setidaknya biaya untuk tahun ini aman. Soal tahun depan, nanti kita lihat. Mudah-mudahan kamu belajar dengan baik terus dapat beasiswa penuh..." kata Romo Chark.
"Jadi, maksud Romo, saya bisa sekolah tahun ini?" tanya Soso, masih belum percaya dengan apa yang dia dengar.
Romo Chark mengangguk.
"Madloba Ghmerts!"[2] kata Soso sambil mendekapkan dua telapak tangannya dan menengadahkan wajahnya ke atas. Entah kenapa, kalau berada di depan Romo Chark, Soso terlihat begitu alim dan saleh, entah karena terbawa suasana atau sekadar jaim aja. "Beneran itu Romo?" tanya Soso yang masih setengah percaya.
"Iya lah.." kata Romo Chark. "Urusannya tinggal di sekolah itu. Mudah-mudahan saja nggak ada halangan. Soal beasiswa itu sih katanya masih berlaku, tapi nggak tau kalau kuotanya penuh. Besok lah kita ke sana tanya-tanya..."
Wajah Soso tampak berseri-seri.
"Oh iya, satu lagi.." kata Romo Chark. "Mak Keke pesan, kalau kamu jadi sekolah, kamu nggak usah pulang dulu ke Gori. Di sini aja, persiapan. Nanti aja pulangnya kalau liburan..."
"Tapi Emak nggak apa-apa kan Romo?" tanya Soso.