"Lagi ngetren potongan pakping, cepak samping..." jawab Kang Nunut.
"Kayak apaan tuh?" tanya Soso.
"Yaa pokoknya bagian samping, sebelah, entah yang kiri atau yang kanan dibuat cepak, nah sebelahnya lagi nggak dipotong, cuma dirapikan aja..." jawab Kang Nunut.
"Enak Kang Nunut dong, motong sebelah bayar utuh..." kata Soso.
Kang Nunut tertawa. "Yaah, saya kan nanya dulu So. Soalnya kemaren ada anak muda Yahudi yang potong di sini. Saya nggak tau kalau dia Yahudi. Saya nggak nanya-nanya dulu, saya potong pakping, dia marah-marah..."
"Kenapa, nggak suka dia?" tanya Soso.
"Bukan soal nggak sukanya, tapi kan cambangnya yang sebelah saya cukur abis, padahal kan dia Yahudi, kudu miara cambang sampe panjang... gara-gara kupotong kan jadi setengah Yahudi..." jawabnya sambil ngakak.
Soso ikutan ketawa. "Terus saya bagusnya dipotong gimana Kang? Saya mah bebas lah, yang penting bisa ganteng. Ni yang saya bingung, kumis sama jenggot bagusnya dipiara atau dicukur ya?"
"Mmm, cukur bersih aja dulu So..." jawab Kang Nunut. "Kalau seumuranmu biasanya kumis dan jenggotnya lagi mencari jatidiri, nongol, tapi egois, nggak kompak, jadi ada yang panjang duluan, ada yang masih malu-malu. Kalau dibiarin malah aneh..."
"Tapi saya pengen nutup bopeng bekas cacar saya di atas bibir, gimana nih Kang?" tanya Soso sambil menunjukkan bekas cacarnya, kayaknya itu induknya, soalnya gede, buletannya hampir segede kacang merah.
"Ya nanti juga kalau kumisnya dah kompak ketutup sendiri. Sekarang mah biarin aja dulu..." jawab Kang Nunut.