Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (1) Soso

27 November 2020   12:48 Diperbarui: 20 Mei 2021   15:46 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Stalin - Soso (dokpri)

"Kalo gue anaknya bapak lo, berarti gue nggak boleh naksir Bonia kan?" tanya Soso dengan polosnya. Biar masih bau kencur, Soso juga dah tau mana cewek cakep dan mana yang butek. Nah, Bonia itu di matanya termasuk cewek cakep, abis di kampung itu emang jarang ada anak perempuan, dan lagian Soso cuma tau anak perempuan itu ya cuma Bonia, adiknya Yuri. 

Ada anak cewek lain yang dia kenal, tapi sudah tua, ya itu tadi, Nora, anaknya Pak Chark. Tapi kalopun seumur, Soso ogah naksir anak itu, soalnya Nora oon banget, masak belajar baca tulis sudah sepuluh tahun, kesalip sama dia yang cuma belajar satu dua tahun saja.

"Enak aja!" kata Yuri Sengit. "Biar lo bukan sodara gue, gue ogah punya sodara ipar kayak lo. Ngaca dong... bersihin dulu tuh bopeng, baru boleh naksir adik gue!" kata Yuri. Kata-kata Yuri sering sengit, tapi anehnya Soso nggak pernah sakit hati, beda kalo yang ngomong itu anak-anak Geng Sotoy.

*****

Mak Keke sudah sakit-sakitan. Tubuhnya kerempeng dan kulitnya gelap kotor karena terlalu sering terkena sinar matahari waktu nyuci di Sungai Kura. Satu-satunya harapan hidup Mak Keke adalah Soso. Ia berharap Soso nggak ngikutin jejak ayahnya sebagai tukang sepatu. 

Menurut peramal Gipsi yang pernah ia temui, Soso nggak cocok kerja di bidang persepatuan, karena menurut pandangannya, ke depan tidak banyak tukang sepatu yang terkenal. Peramal itu menyebut beberapa nama pembuat sepatu terkenal di masa depan seperti Adidas, Crocs, Nike, DocMartin, Yongky Komaladi, dan nama-nama lain, dan ia tidak menemukan 'Soso' dalam daftar itu.

Karena itu, meski Mak Keke tau, Soso punya kemampuan alami dalam hal persepatuan, tapi ia nggak mau anak semata wayangnya itu jadi tukang sepatu. Apalagi jadi tukang sepatu sekaligus tukang mabok kayak bapaknya. 

Mak Keke sih maunya anaknya jadi selebritis, tapi mau gimana, boro-boro jadi pemain opera, lha wajah Soso ancur kayak gitu. Dalam drama natal saja, Soso bahkan ditolak jadi domba, ia malah disuruh jadi Frankenstein, tokoh yang sama sekali nggak nyambung dengan jaman Yesus.

Sempet pula kepikiran anaknya jadi dokter, tapi tau sendiri, biaya kuliah di kedokteran mahal banget, uang prakteknya lah, bukunya yang tebel-tebel lah. Anak tetangganya saja yang kuliah kedokteran disuruh kampusnya beli mayat buat praktikum. Kalo nggak punya duit kan gawat, bisa-bisa Soso bawa mayat seger alias bunuh orang dulu, iiy.. amit-amit. 

Belum lagi kalau ditempatkan di puskesmas daerah terpencil, padahal kampungnya saja sudah terpencil. Takut juga anaknya nanti melakukan malapraktek. Takut juga anaknya jadi dokter artis dan dituduh ngasih resep obat tidur atau obat penenang sampe artisnya over dosis dan mati, Soso dipenjara.

Ia sempet juga pengen anaknya jadi ahli hukum alias pengacara, yaah tinggal nambahin namanya di belakang aja dengan Sitompul atau Hutapea biar pantes. Tapi ia takut anaknya malah kejebak jadi mafia hukum. Takut anaknya jadi hakim atau jaksa tapi malah dipenjara karena madat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun