"Tidak, Arya. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku mulai percaya. Sedikit demi sedikit, aku mulai percaya bahwa mungkin cinta itu ada. Dan mungkin... aku bisa merasakannya lagi. Tapi aku masih takut. Aku masih butuh waktu."
Arya tersenyum, merasa hatinya hampir meledak oleh kebahagiaan. "Itu sudah lebih dari cukup, Maya. Aku di sini, dan aku akan selalu ada di sini."
Maya meraih tangan Arya, menggenggamnya erat. "Terima kasih, Arya. Terima kasih sudah bersabar denganku. Aku tidak tahu apakah aku bisa mengatakan ini, tapi... aku rasa, aku mulai mencintaimu."
Arya terdiam, merasakan air mata kebahagiaan menggenang di matanya. Ia memeluk Maya dengan lembut, merasakan tubuh wanita itu yang masih sedikit gemetar. "Aku mencintaimu, Maya. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu mencintaimu."
Maya tersenyum di pelukan Arya. Untuk pertama kalinya, ia merasakan kehangatan yang sudah lama hilang dari hatinya. Perasaan takut itu masih ada, tetapi sekarang ia tahu bahwa ia tidak harus menghadapinya sendirian.
---
Beberapa bulan kemudian, hubungan mereka semakin kuat. Maya masih belajar untuk membuka dirinya, untuk mempercayai Arya sepenuhnya, tetapi dengan setiap hari yang berlalu, ia merasa semakin yakin bahwa Arya adalah orang yang benar-benar mencintainya, yang tidak akan pernah menyakitinya. Mereka berbicara tentang banyak hal, tentang masa depan, tentang impian, dan tentang kehidupan yang ingin mereka jalani bersama.
Suatu sore, di sebuah taman kecil yang penuh dengan bunga, Arya mengajak Maya berjalan-jalan. Mereka duduk di bangku taman, menikmati suasana yang tenang dan damai. Arya menggenggam tangan Maya dengan erat, dan untuk
 pertama kalinya, Maya merasa tidak ada ketakutan yang menahan hatinya.
"Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu, Maya," kata Arya dengan lembut.
Maya menatapnya, merasa jantungnya berdebar-debar. "Apa itu, Arya?"