"Ya, bagus dong. Sudah menjadi tanggung jawab seorang ayah untuk melindungi anaknya. Dan tugas sang ayah jualah untuk menghidupi keluarganya, istri dan anak-anaknya."
Sayangnya kulihat Pak Suryadi hanya menggeleng keras.
"Idealnya memang seperti itu ya, Pak. Tapi sayangnya ayah si gadis bukan tipikal bapak yang bertanggung jawab. Istrinya saja dia eksploitasi hingga kini akhirnya jatuh sakit. Anak gadisnya pun sempat dia jual untuk memenuhi nafsu bejat lelaki hidung belang. Beruntung, si gadis bisa meloloskan diri hingga akhirnya bertemu dengan Bang Rizal.
Dan sejak itu, ke manapun Bang Rizal pergi, gadis itu selalu ikut membututi. Tak peduli bila harus kerja keras sebagai kuli bangunan. Karena pernah sekali waktu, Sumirah--nama gadis itu--ditinggal seorang diri di rumah kontrakannya Bang Rizal dikarenakan dia dan istrinya kudu berangkat kerja. Dan Bapak tahu, apa yang terjadi pada gadis itu?"
"Memang apa yang terjadi pada Sumirah? Dia baik-baik saja kan?" cecarku yang mulai tertarik dengan kisah hidup gadis belia itu.
"Nah, itu dia, Pak. Ayah Sumirah datang ke kontrakan Bang Rizal, entah dapat info dari mana dan berusaha membawa kabur Sumirah lagi. Beruntung, masyarakat sekitar situ sudah mendengar kisah Sumirah langsung dari Bang Rizal dan istrinya. Sehingga penculikan tersebut pun berhasil digagalkan. Itulah kenapa Sumirah harus menjadi kuli bangunan. Karena dia tak mau lagi ditinggal sendirian di kontrakan Bang Rizal."
Ya, Tuhan. Jakarta punya cerita. Ah, ke mana saja aku selama ini? Betapa aku benar-benar telah menjelma menjadi orang yang tak pernah peduli dengan lingkungan sekitar. Dan dengan setengah berlari, segera saja kutemui Sumirah yang masih saja sibuk mengaduk semen dan pasir.
"Sumirah. Kalo kamu saya jadikan anak angkat dan saya carikan sekolah asrama yang benar-benar aman dari jangkauan ayahmu, bersediakah kamu?"
Sumirah Gadis Semen itupun hanya melongo menatapku.
***
Keterangan: (*) lirik lagu "Kembali ke Jakarta" by Koes Plus.