"Oke deh. Ada lagi schedule hari ini yang terlewat?" ujarku akhirnya. Kuperhatikan Rahma tampak mengecek ulang catatannya. Kemudian dia menggeleng.
"Semua sudah saya bacakan, Pak."
Kuberikan dua jempol kepada sekretaris pribadiku itu. Selain baik dan perhatian, kerjanya juga gesit dan cekatan. Aku benar-benar beruntung memiliki sekretaris seperti dia.
***
Sesampainya aku ke lokasi proyek di daerah Petamburan, Jakarta Barat.
"Selamat datang di proyek kami, Pak. Senang sekali akhirnya Bapak bisa datang kemari. Gimana liburannya? Semoga menyenangkan ya?" Pak Suryadi menyalamiku erat. Kemudian mengajakku berkeliling meninjau ke tempat pembangunan rumah contoh untuk kawasan real estate ini.
Di tengah-tengah peninjauan, mataku menangkap sesosok perempuan muda berusia sekitar belasan tahun sedang asyik mengaduk semen dan pasir dengan cangkul yang ada di sana. Sepertinya perempuan itu telah terbiasa melakukan hal yang lazim dilakukan oleh kaum laki-laki. Sehingga saat melihatnya, timbullah rasa penasaran di hatiku.
"Itu siapa, Pak?" Tunjukku kepada sosok perempuan muda di sana. Pak Suryadi pun hanya tersenyum kecut.
"Maafkan saya, Pak. Sungguh, itu semata-mata bukan kemauan saya. Saya sudah berulang kali bilang ke Bang Rizal selaku mandor para pekerja di sini untuk tidak mempekerjakan anak di bawah umur, apalagi itu perempuan. Tapi kenyataannya...."
"Memang apa alasannya memperkerjakan anak di bawah umur?"
"Ya, Bang Rizal bilang dia terpaksa. Soalnya ayah si gadis berulang kali mencari anaknya."