Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Serial Noval] Sumirah Gadis Semen

20 November 2019   11:36 Diperbarui: 20 November 2019   12:04 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: m.facebook.com/balichannelnews

"Bapak, saya pesankan ok-food aja ya. Mau apa, Pak? Nasgor, mie goreng, buryam, ato..."

"Beef burger ekstra large aja deh. Saya lagi malas ngunyah yang macem-macem. Saya pengen burger aja. Tolong pesankan ya," ujarku seraya berjalan menuju dispenser di sudut ruangan, hendak minum air putih hangat. Kemudian, "Oya, pesankan juga moccalatte satu ya. Biar gak ribet, udah satukan aja pesannya di Robista. Ada kok di aplikasi ok-food."

Rahma bergeming sejenak. Kemudian agak takut-takut bertanya, "Robista udah buka jam segini, Pak?"

"Ya udahlah. Coba aja kamu buka aplikasi ok-food. Itu kedai kopi selalu buka lebih awal dan tutup lebih lama. Wong, waiters-nya aja robot kok."

Rahma pun mengangguk sambil tersenyum. Tanpa banyak pertanyaan lagi, dia pun mulai sibuk dengan gadget-nya untuk memesankan sarapan buatku.

***

Usai menyantap beef burger ekstra large dan segelas moccalatte sebagai menu sarapanku--ya ampun, ini sarapan orang normal atau kuli bangunan sih, Rahma mulai sibuk membacakan schedule-ku hari ini. Salah satunya peninjauan ke proyek pembangunan kawasan real estate di daerah Petamburan, Jakarta Barat.

"Lho, memangnya belum dibangun-bangun juga itu kawasan?" tanyaku, heran.  Karena seingatku, desain bangunannya sudah kelar dari enam bulan lalu. Ya, kan aku sendiri yang mendesainnya.

"Saya kurang tahu juga, Pak. Tapi kemarin Pak Suryadi selaku pengembang di sana berpesan agar Bapak bersedia meninjau ulang ke sana. Takutnya ada yang melesat dari desain awalnya. Lagian mereka masih dalam tahap pembangun rumah contohnya dulu kok, Pak."

Ya, itulah beda pengusaha bangsa kita dengan (maaf) yang bermata sipit. Aku ingat betul bagaimana seretnya dana mereka pada waktu pembuatan desain bangunannya. Sempat dicicil beberapa bulan, hingga akhirnya lunas juga. Pun pada saat peletakan batu pertama. Aku memang diundang hadir sebagai tamu kehormatan, sebagai bentuk rasa terima kasih mereka kepadaku.

Dan terus terang saja, aku bersedia bekerjasama dengan mereka dikarenakan mereka itu orang-orang yang jujur. Mereka tak pernah lari dari tanggung jawab, meskipun ya sempat telat juga dalam membayarku. Dan kini, setelah enam bulan berlalu--yang kupikir kawasan tersebut sudah mulai terbangun, aku malah diminta lagi untuk meninjau ulang pembangunan rumah contoh yang sekiranya hendak dijadikan kawasan real estate itu. Ckckck!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun