Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[Fantasi] Dalam Sangkar Emas

12 Maret 2017   14:07 Diperbarui: 12 Maret 2017   14:36 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang peri bersayap biru pun muncul di hadapan Pepito dan Kiko. "Hai! Aku sudah mendengar obrolan kalian. Tenang saja, aku akan memberi pelajaran pada anak yang menyia-nyiakan binatang peliharaannya."

"Benarkah itu, Ibu Peri?" tanya Pepito sangsi.

"Pepito!" Kiko menatap sahabatnya itu. Kemudian mengalihkan pandangannya ke Ibu Peri. "Kalau aku percaya kok sama Ibu Peri! Aku juga sudah tak sabar melihat Bella dihukum sama Ibu Peri." Kiko melompat-lompat girang seakan hendak menangkap Peri Biru.

"Sudahlah, kalian tak usah cemas. Serahkan saja semuanya padaku," seru Peri Biru sambil mengedipkan sebelah matanya dan  tersenyum penuh arti. Kemudian bergegas terbang lagi meninggalkan mereka.

Cling!

Peri Biru pun menghilang.

***

Malam menjelang. Bella yang dari siang tadi asyik bermain ke rumah Ara, kini tampak keletihan. Beberapa kali tampak ia menguap, mencoba mengusir rasa kantuk karena ternyata pe-er IPA nya sama sekali belum dikerjakannya.

"Makanya main terus. Ada pe-er malah lupa. Sekarang ngantuk, deh," omel Mama sambil membantu Bella mengerjakan pe-er IPA nya. Bella menurut saja sambil sesekali matanya terpejam karena rasa kantuk yang luar biasa.

"Ayo, yang serius! Tuh, tinggal dua soal lagi. Abis itu kamu boleh tidur. Tapi ingat, sholat Isya dulu." Mama berulang kali mengingatkan Bella yang tampak ogah-ogahan menyelesaikan pe-er nya. Dan dasar Bella. Akibat rasa kantuk yang hebat, akhirnya ia pun tertidur lelap tanpa menggubris kata-kata sang mama.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun