“Nizar? Mantanmu itu?” Kak Rose terbelalak.
“Mi, nama Nizar itu kan banyak,” potong Bang Raul cepat. “Belum tentu juga itu mantannya Alya.”
Kembali aku mendesah, lirih. “Tapi kenyataannya itu emang Nizar, teman SMP Alya dulu, Bang.” Sekalian saja kuperjelas, biar mereka tahu.
“Duh, Al. Tahu begini, kenapa pula kamu capek-capek datang ke Padang? Malah pake ambil cuti segala lagi.” Tampaknya Kak Rose menyesali keputusanku itu.
“Hm... Karel yang minta, Kak. Nggak enak juga kalo menolak.”
“Terus, kok kamu yakin banget kalo itu Nizar-mu?”
Kak Rose..., plis deh.
Akhirnya obrolan di dalam mobil hanya terpusat pada Nizar dan pernikahan.
***
Kuhembuskan napas berkali-kali. Mencoba mengatur napasku agar tampak tenang sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam gedung tempat Karel dan Nizar melangsungkan pernikahan.