Batinku menjerit, kaget. Adik perempuanku satu-satunya itu terlihat menyentuh lengan seseorang yang tengah terbaring koma. Suster hanya menggeleng.
“Sampai saat ini kondisinya masih sama kayak kemaren, Mbak,” sahut Suster sambil memeriksa ulang data rekap medis pasien.
Memang siapa yang koma? Dan... apa? Tadi Fera bilang apa? Abang? Jangan-jangan...
Fuih! Kulihat Fera menghembuskan napasnya. Raut kesedihan tampak jelas di wajah tirusnya yang lelah. Ditariknya sebuah kursi yang ada di sisi ranjang, kemudian duduk di atasnya. “Saya boleh di sini sebentar kan, Sus?” Ditatapnya Suster dengan pandangan mengiba. “Saya hanya ingin berbincang-bincang sejenak dengan abang saya. Siapa tahu setelah mendengar suara saya, dia jadi sadar kembali.”
Suster hanya bergeming. Memandang Fera dengan rasa kasihan.
Tak lama kemudian...
“Suster, gimana kondisi terbaru dari Faisal?”
Sebuah suara yang sudah sangat akrab di telingaku melangkah bergegas menuju Suster.
Aldo? Jadi...
Kutatap rekan kerjaku itu, bergantian dengan sosok yang ada di atas pembaringan.
Ya, Tuhan. Bagaimana mungkin?