“Eh, anu, Miss. Itu tadi ada OG nyebelin di luar sana. Saya mo ke bawah aja dia ngikutin mulu.” Aku terpaksa berbohong. Sedangkan Abdul kulihat tengah mencoba menahan tawanya.
Sialan. Awas lu, ye!
Aku mengumpat lewat sudut mataku. Tapi Abdul pura-pura tak melihat.
“Oh, kirain siapa.”
Untunglah Miss Diana tak terlalu menaruh curiga.
Aku terpaksa tersenyum. Kemudian pura-pura sibuk membuat minuman.
“Oya, makasih, ya, udah memperbolehkan saya ngadem di sini,” Miss Diana kemudian bangkit dari duduknya, disusul dengan Abdul. “Dan makasih juga atas saran-sarannya tadi, Dul. Ternyata kamu asyik juga buat diajak diskusi.”
Aku melirik ke arah Abdul, tapi ia terlihat tak acuh begitu.
“Kapan-kapan saya masih boleh kan nongkrong di sini?” ucap Miss Diana seraya menyalami Abdul dan juga aku.
“Ya, tentu bolehlah, Miss. Asal Miss Diana nggak malu aja gaul ama para OB di sini. Hehehe,” sahutku sambil nyengir.
Miss Diana pun kemudian melangkah menuju pintu pantry diantar oleh Abdul yang–sok–bertindak sebagai bodyguard.