“Hei, hei. Tunggu sebentar!”
Aku pun segera membalikkan badan. Tapi setelah mengetahui siapa yang memanggilku, rasa dongkol pun muncul di permukaan.
Yaelah, dia lagi. Dia lagi. Apes dah gue.
“Mo ke mana?” tanya orang yang tak lain adalah Lidya, staf HRD yang judes plus jutek itu.
“Lho, saya mo ke mana juga nggak ada urusannya dengan Mbak Lidya, kan?” sahutku dengan nada kesal.
Lidya tampak tersinggung. “Oh, begitu, ya, cara ngomong kamu ke saya?”
“Ehm...” aku mencoba bersabar. “Ada apa, ya, Mbak Lidya yang terhormat memanggil saya?” tanyaku dengan senyum yang dipaksakan.
“Kamu mo nolongin saya nggak?”
Melihat map biru yang dipegang Lidya, aku sudah bisa menebak bantuan apa yang diinginkannya.
“Fotokopi file yang di map, ya, Mbak?”
Mata Lidya langsung berbinar. “Wah, pintar. Ternyata kamu cepat tanggap juga, ya.” Segera diserahkannya map biru itu ke tanganku. “Oya, makasih sebelumnya,” ucapnya sambil tersenyum. Kemudian berlalu dari hadapanku.