Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hanya Sebulan

25 Desember 2015   17:51 Diperbarui: 4 Januari 2016   20:23 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya, itulah yang membuat Niko jatuh hati pada perempuan Sunda ini. Ning yang polos, apa adanya, dan rela mengabdikan diri sebagai guru honorer di sebuah SD negeri di kota Garut.

"Tapi Ning mau kan menikah dengan Aa?"

"Naon? Aa?" Ning menutup mulutnya. Ia geli melihat tingkah Niko yang ingin sekali dipanggil Aa.

"Memang nggak pantes ya aku dipanggil Aa?" Niko pun cemberut. Ning makin menutup mulutnya, tersenyum geli.

"Udahlah. Niko itu lebih pantes dipanggil Abang, karena Ning memang nggak punya abang."

***

Akhirnya Niko pun membawa orang tuanya ke rumah Ning. Abah dan Ambu yang telah mengetahui hubungan Ning dan Niko hanya bisa memberi restu buat kebahagiaan anak bungsunya itu.

"Ning pasti lebih tau yang terbaik bagi masa depan Ning. Abah sareng Ambu mah hanya bisa merestui. Saha weh lalaki yang datang kamari buat ngalamar Ning, asal dia lalaki yang baik, sholatnya henteu pernah bolong, sayang ama Ning dan Ning pun sayang dia, sok weh atuh. Umur Ning pun udah pantes atuh untuk berumah tangga. Bukan begitu, Ambu?"

Ambu hanya terisak di samping Abah, karena sebentar lagi mereka harus rela melepaskan anak bungsu mereka yang selama ini begitu setia menemani.

"Tapi nanti abis nikah, Niko boleh ya, Bah, Mbu, bawa Ning untuk tinggal di Jakarta." Niko bersimpuh meminta izin kepada Abah dan Ambu.

Terdengar hembusan napas Abah. Sepertinya beliau masih berat melepas Ning untuk ikut Niko tinggal di Jakarta. Ning hanya bisa menundukkan kepala dan menunggu eksekusi dari Abah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun