a. Biaya Awal yang Tinggi
Investasi awal untuk infrastruktur hijau, seperti pembangkit listrik tenaga angin atau solar, bisa sangat tinggi. Selain itu, teknologi hijau yang lebih ramah lingkungan seringkali masih lebih mahal daripada alternatif yang berbasis pada bahan bakar fosil.
b. Ketergantungan pada Energi Fosil
Banyak negara, terutama yang bergantung pada sektor energi fosil untuk pendapatan negara, menghadapi kesulitan untuk beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Ini juga berhubungan dengan kebutuhan untuk mendiversifikasi ekonomi dan memberikan pelatihan kepada tenaga kerja yang ada agar mereka dapat beradaptasi dengan perubahan.
c. Kurangnya Kebijakan dan Regulasi yang Mendukung
Di banyak negara, kurangnya kebijakan yang mendukung transisi ke ekonomi hijau bisa menjadi hambatan. Untuk mewujudkan green economy, dibutuhkan regulasi yang mendukung investasi dalam teknologi hijau, insentif untuk perusahaan yang menerapkan praktik ramah lingkungan, serta kebijakan yang mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
d. Perubahan Perilaku Konsumen
Transisi menuju green economy juga bergantung pada perubahan perilaku konsumen, yang harus lebih sadar akan pentingnya keberlanjutan dan mendukung produk-produk ramah lingkungan. Kebiasaan konsumsi yang berlebihan dan kurangnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan sering kali menjadi penghambat.
4. Implementasi Green Economy di Berbagai Negara
Beberapa negara telah berhasil mengimplementasikan prinsip-prinsip green economy dan menghasilkan dampak positif yang signifikan.
a. Jerman