Mohon tunggu...
Ali Mustahib Elyas
Ali Mustahib Elyas Mohon Tunggu... Guru - Bacalah atas nama Tuhanmu

Pendidikan itu Membebaskan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Koruptor Tidak Layak Disopan-Santuni

12 Agustus 2024   22:18 Diperbarui: 13 Agustus 2024   11:39 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : pngtree.com

Diam: Antara Penakut dan Penyanderaan Moral

Ketika seseorang memilih untuk diam dalam menghadapi kemungkaran, pertanyaan yang muncul adalah: apa yang sebenarnya mendasari pilihan tersebut? Apakah mereka penakut yang ingin mencari aman, atau justru tersandera oleh keburukan yang serupa?

Menurut Yudi Latif, seorang cendekiawan dan pakar etika, "diam dalam menghadapi kemungkaran bisa jadi adalah bentuk dari ketakutan akan konsekuensi pribadi, atau lebih buruk, karena keterlibatan dalam praktik-praktik yang sama. Ini adalah bentuk dari penyanderaan moral, di mana seseorang merasa tidak memiliki keberanian untuk bersuara karena tangannya sendiri sudah kotor. Sikap ini sangat berbahaya karena tidak hanya membiarkan kemungkaran terjadi, tetapi juga memberikan legitimasi bagi para pelakunya."

Kesimpulan: Waktunya Bersikap Tegas

Dalam kondisi di mana korupsi dan pungli telah mencapai tingkat yang sangat merusak, sikap diam bukan lagi pilihan yang dapat diterima. Kritik keras dan emosional dalam melawan kemungkaran bukanlah tindakan yang tidak rasional, melainkan ekspresi yang sangat rasional dari rasa keadilan. 

Emosionalitas dalam konteks ini harus dilihat sebagai alat untuk menumbuhkan keberanian dan tekad dalam memperjuangkan kebenaran. Seperti yang ditegaskan oleh para ahli hukum dan agama, diam dalam menghadapi kemungkaran adalah bentuk pengkhianatan terhadap nilai-nilai moral dan keadilan. Sudah saatnya kita semua bersikap tegas dan bersatu dalam melawan kejahatan luar biasa yang mengancam masa depan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun