Mohon tunggu...
Alimin Samawa
Alimin Samawa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir di tanah samawa, ingin terus bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Si Kuri dan Si Moni

27 September 2016   10:50 Diperbarui: 27 September 2016   11:03 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu, Moni si Monyet dan Kuri si Kura-kura terlihat semangat. Dua sahabat itu baru saja  meminta satu tunas Pisang ke rumah Kakek Beru Si Beruang.  Moni dan Kuri telah sepakat akan menanam pisang di kebunnya masing-masing. Atas Ide Moni, mereka membagi tunas pisang itu menjadi dua bagian. Untuk ditanam di kebun masing-masing.

“Kita Lomba ya, Kuri. Tunas pisang siapa yang paling cepat berbuahnya!” ucap Moni sombong

“Boleh. Aku ikut saja Moni. Yang penting sahabatku senang!” ujar Kuri semangat.

***

Setelah enam bulan,

Moni, duduk sendiri di kebun belakang rumahnya. Ia bersedih, menatap Pohon pisang yang ditanamnya  kekeringan dan mati. Padahal  ia sudah menyiramnya seperti yang dilakukan oleh Kuri.

“Tok! tok! tok!” Suara pintu diketuk

Rupanya Kuri yang datang

“Assalamu’alaikum Moni!” Suara Kuri berseru kencang.

“Alaikumussalam…” Moni menjawab tak semangat.

“Semangat dong Moni. Aku ke sini ingin mengajakmu ke kebunku!”

“Ah, saya lagi tak semangat, Kuri. Tuh, ihat pohon Pisang ku!” tukas Moni

“Ayolah teman. Sabar, Jangan bersedih. Buah Pisangku telah matang, mari kita petik sama-sama” ujar Kuri mantap.

Mendengar ucapan Kuri, Moni senang sekali. Karena Kuri mau berbagi buah pisangnya.

“Baiklah Kuri. Kamu baik sekali!” ucap Moni bersemangat.

***

Tak lama, tibalah Moni dan Kuri di kebun milik Kuri.

“Nah itu dia pohon pisangnya!” ucap Kuri senang.

Tanpa diminta Moni langsung memanjat pohon Pisang. Ia sudah sangat lapar. Hingga lupa keberadaan Kuri yang menunggu di bawah pohon.

“Moni, pelan-pelan dong makannya. Jangan lupa berdo’a!” ujar Kuri.

Rupanya Moni tak mendengar. Ia terlalu rakus. Buah pisang satu tandan hampir habis dimakannya.

“Moni jangan lupa sisakan buat aku dong!” teriak Kuri, mulai cemas.  Ia melihat beberapa buah yang masih hijau menempel di tandannya.

Kuri Nampak sedih. Hampir saja dia menangis. Moni benar-benar rakus. Padahal perutnya sudah buncit. Tak peduli dengan teriakan Kuri berkali-kali, Hingga buah pisangnya yang masih hijaupun habis dimakan Moni. Dada Kuri turun naik menahan kesal.

Tiba-tiba.

“Buk, Prak!” suara benda terjatuh ke tanah. Kuri memandang ke arah suara.

“Aduuh. Sakiit. Tolooong. Tolong Aku Kuri!” Moni meraung-raung kesakitan.

Kuri diam saja, tak mau menolong. Ia langsung pergi.

***

Rupanya Kuri hendak meminta tolong kepada Kek Beru.

“Assalamu’alaikum Kek Beru“ seru Kuri berteriak, nafasnya naik turun.

“Alaikumussalam…!” Jawab Kek Beru.

“Mo…Moni Kek, Moni…!” ujar Kuri patah-patah.

“Ada apa Kuri? Moni Kenapa? Tenang dulu” ucap Kek Beru.

Kemudian Kuri menceritakan kejadiannya dari awal.

“Ayok kita ke sana!” ujar Kek Beru.

***

Tak berapa lama. Kuri dan Kek Beru tiba di kebun Kuri.

“Tolong Aku Kek Beru, aku terjatuh!” Moni masih meraung kesakitan.

Kek Beru segera mengangkat tubuh Moni. Dibantu Kuri.

Moni mengaku terlalu kekenyangan, tak bisa menjaga keseimbangan. Akhirnya terjatuh. Kedua kakinya keseleo. Kakek Beru dibantu Kuri merawat Moni sebisanya.

 “Maafkan Aku, Kuri! Aku menyesal” kata Moni, sambil melihat Kuri.

 “Baiklah , tapi….” Kuri terdiam

“Kruuk kriuuk!” Suara perut kuri berbunyi.

Kakek Beru mengeluarkan bungkusan dari tasnya. Setelah dibuka, isinya dua buah pisang ukuran besar.

“Ini untuk mu Kuri. Selamat makan. Dan ini untukku.!” ujar Kek Beru tersenyum.

“Untuk Moni, mana Kek?” kata Kuri sambil memegang perut Moni yang buncit.

Kakek Beru tertawa terbahak-bahak. Ikut memandang perut Moni yang tak bisa diisi lagi.

Moni dan Kuri ikut tertawa.

SELESAI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun