Mohon tunggu...
Ali Manshur
Ali Manshur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Independen

Hanya menyalurkan rasa gabut dengan menyajikan konten yang berbau masa lalu yang dimana membuat anda akan gamon (gagal move on). Jika ada kritik atau saran silahkan dan sangat dianjurkan. Mari belajar bersama bermanfaat kepada orang lain, walau hanya dengan kata. Matur thank you

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Wali Songo dalam Penyebaran Islam di Tanah Jawa

23 Desember 2022   08:30 Diperbarui: 23 Desember 2022   08:30 4225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://smamuh5yk.sch.id/

Moh Ngombe (Tidak minum minuman yang memabukkan)

Moh Maling (Tidak mencuri)

Moh Madat (Tidak menghisap candu, ganja, dll)

Moh Madon (Tidak berzina)

Kelima falsafah itu di pegang erat-erat oleh Sunan Ampel begitu pun para pengikutnya. Beliau juga mendirikan Masjid Ampel pada tahun 1421 di kelurahan Ampel, kecamatan Pabean Cantikan, Surabaya utara. Masjid tersebut memiliki arsitektur Jawa kuno dengan atap tumpang tiga dan tidak memiliki kubah. Sunan Ampel wafat pada tahun 1481 di Demak dan di makamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.

Raden Paku (Sunan Giri)

Sunan Bonang atau Maulana Makdum Ibrahim sekaligus pendiri kerajaan Giri Kedaton yang berkedudukan di Desa Giri, Kebomas, Kabupaten Gresik lahir pada tahun 1442 di Blambangan (Nama lain dari Banyuwangi). Sunan Giri memiliki beberapa nama pangilan seperti Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden ‘Ainul Yakin dan Joko Samudro. Sunan Giri merupakan keturunan Rasulallah SAW dari Husain bin Ali, ayahnya bernama Maulana Ishaq yang berasalh dari Pasai dan ibunya bernama Dewi Sekardadu putrid dari penguasa Blambangan Prabu Menak Sembuyu. Saat Sunan Giri lahir masyarakat Blambangan mengaggap sebagai pembawa mala petaka berupa wabah penyakit di wilayah kerajaan Blambangan. Kemudian ayahnya, Prabu Menak Sembuyu membuat sebuah peti yang terbuat dari besi untuk wadah bayi yang tidak lain adalah Sunan Giri, lalu memerintahkan pengawal untuk membuang ke laut/selat Bali. Dewi Serdadu mendengar berita pembuangan bayi yang baru dilahirkannya, ia berlari menuju pantai dan mencari-cari dimana buah hatinya, ia tak lagi memikirkan kesehatannya sendiri, pun Dewi Serdadu meninggal dalam pencariannya.

Peti besi yang berisi bayi tersebut terombang-ambing oleh ombak lautan sehingga membawanya sampai ke lau utara. Peti itu bercahaya laksana binar mentari, cahaya itu membuat para pelaut yang hendak berdagang ke Bali bertanya-tanya, lalu diambil lah peti itu. Para pelaut terkejud setelah membuka isi dari peti tersebut, ternyata seorang bayi laki-laki yang menawan dan bercahaya. Kemudian para pelaut memutar haluan dan kembali ke Gresik untuk memberikan temuannya kepada Nyai Gede Panatih. Karena bayi itu sangat menawan, Nyai Gede Penatih pun mengangkatnya sebagai anak dan di beri nama dengan Joko Samudro. 

Sunan Giri juga mendirikan pesantren di daerah perbukitan Desa Sido Mukti, Kebomas. Pesantren ini menjadi salah satu pusat penyebaran islam di Jawa dan sangat terkenal. Lambat laun pesantren ini menjadi pusat kekuasaan Kesultanan yang di sebut dengan Giri Kedaton pada tahun 1487-1506. Dalam bidang keagamaan Sunan Giri di kenal dengan ahli fikih, sehingga masyarakat menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Sunan Giri juga mempunyai karya seni tradisional seperti Jelungan, Cublak Suweng, Lir-ilir dan beberapa gending Jawa Asmaradana dan Pucung, yang semuanya berisi ajarang agama islam. Sunan Giri wafat pada tahun 1506 M dalam usia 63 tahun dan dimakamkan di atas bukit yag sekarang menjadi area komplek makam Giri.

Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang)

Raden Makdum Ibrahim atau biasa di kenal dengan dengan Sunan Bonang adalah anak keempat Sunan Ampel dari hasil pernikahannya dengan Nyai Gede Manila yang lahir di Bonang, Tuban pada tahun 1465 M. Sunan Bonang terkenal dengan penguasaannya dalam ilmu fikih, ushuluddin, tasawuf, seni, sastra dan beberapa kesaktian serta kedigdayaan. Sunan Bonang belajar agama sejak kecil kepada ayahnya sendiri, selain itu Sunan Bonang bersama Raden Paku pernah menimba ilmu di Pasai kepada Maulana Ishak (Syekh Awalul Islam) yang tidak lain merupakan ayah Raden Paku. Seteah merasa cukup Sunan Bonang kembali ke Jawa dan mendirikan pesantren di Lasem atas arahan ayahnya. Dalam berdakwah Sunan Bonang menggunakan metode alat kesenian serta tembang-tembang yang berisi ajaran agama islam. Selain itu Sunan Bonang juga memodifikasi wayang dan gamelan agar sesuai dengan ajaran islam. Sunan Bonang wafat pada tahun 1525, yang membuat kontroversi adalah terdapat empat makam yang di anggap makam Sunan Bonang. Yang paling terkenal adalah di Tuban dekat Masjid Agung Tuban, yang lain seperti di Tambak Keramat, Bawean, lalu di Singal, Kediri yang berada di tepi sungai Brantas, dan di sebuah bukit  di Rembang serta Lasem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun