Memamhami kurikulum teramat penting bagi guru tujuannya agar para pendidik memahami peran dan fungsinya dalam pembelajaran. Di zaman era teknologi yang canggih sekarang ini sebagai pendidik harus belajar kembali perkembangan pengetahuan karena mengingat perubahan yang sangat cepat.Â
Bahkan sekarang ini anak-anak sudah mampu mencari sendiri informasi yang mereka inginkan dengan membuka internet sehingga guru yang tidak pernah belajar merasa heran darimana anak-anak mendapatkan informasi tersebut padahal guru belum mengajarkannya.
Keadaan zaman yang mulai berubah juga mempengaruhi cara belajar mereka yang terkadang mempengaruhi juga berbagai jenis pertanyaan yang dikelarkan oleh murid. Hal itu membuat guru bingung dan tidak dapat menjawab pertanyaan yang kadang melebar dan tidak fokus terhadap pembelajaran.Â
Sebagai seorang guru hal ini jangan sampai terabaikan, guru harus mulai mengidentifikasi dan mengamati cara belajar mereka agar guru dapat masuk ke dunia mereka.Â
Perkembangan kurikulum yang selalu berubah dari tahun 1947 (Rencana pembelajaran dirinci dalam pembelajaran terurai), 1964 (Rencana pendidikan sekolah dasar), 1968 (Kurikulum sekolah dasar), 1973 (Kurikulum proyek perintis sekolah pembangunan) , 1975 (kurikulum sekolah dasar), 1984 (kurikulum 1984), 1994 (Kurikulu 1994), 1997 (revisi kurikulum 1994), 2004 (rintisan kurikulum berbasis kompetensi), 2006, (Kurikulum tingkat satuan pendidikan [KTSP]), 2013 (kurikulum 2013) dan sampai peran guru bukan sebagai satu-satunya sumber pengetahuan mereka.Â
Kemajuan teknologi dapat diakses oleh anak-anak tanpa batas, memberikan murid-murid pilihan cara belajar. Untuk itu setiap guru harus mempunyai kesadaran meningkatkan kompetensi.Â
Keadaan pandemi kadang membuat setiap guru merasa kuatir atas kualitas murid namun jika diperhatikan dampak positifnya murid justru berkembang melalui cara belajar mereka sendiri.Â
Akibatnya guru merasa terdorong untuk melek teknologi agar dapat mengimbangi dan membantu perkembangan belajar murid. Dalam hal ini kita patut memikirkan kompetensi apa yang harus disiapkan oleh guru 10 tahun yang akan datang.Â
Pertanyaannya bagaimana membangun kompetensi tersebut?
Terkadang kita abai terhadap keadaan. kita menganggap pengalaman bertahun tahun kita sebagai guru selalu mampu mengantarkan keberhasilan murid kita.Â
Padahal murid hidup di zaman dan keadaan yang sudah berbeda. Cara berkomunikasi, cara belajar, cara memandang diri dan lingkungannya berbeda dengan keadaan yang kita alami dapada zaman dulu.
Nah sekarang ketrampilan dan kompetensi apa yang dibutuhkan murid-murid kita untuk berkontribusi dalam lingkup lokal nasional dan global?, Bagaimana cara mereka belajar? kurikulum seperti apa yang semestinya kita gunakan?
Alangkah baiknya kita menyegarkan kembali apa sejatinya yang disebut dengan kurikulum?
Saat ini sebenarnya beluam ada pengertian kurikum yang mengikat secara universal meskipun kurikulum sering di maknai keseluruhan pengalaman belajar murid, namun dalam kenyataannya lebih dari sekedar itu. Kurikulum itu kompleks dan multidimensi. Kurikulum dapat dimaknai dari titik awal sampai titik akhir pengalaman belajar murid. Kurikulum juga diibaratkan jantungnya pendidikan. Jika jantungnya lemah maka proses perederan darah tidak lancar dan bisa berakibat fatal.
Ralp Tyler dalam bukunya, "The basic principle of curriculum and intruction" mengungkapkan setidaknya ada 4 komponen dalam kurikulum yaitu tujuan, konten, metode/cara, Â dan evaluasi. Umumnya beberapa negara mengklasifikasikan kurikulum menjadi 3 bagian, 1. Tujuan pembelajaran/konten, 2. Panduan pedagogi dan 3, Panduan asesmen. Komponen itu dapat kita gunakan dalam desain kurikulum dan pembelajaran berdasarkan kebutuhan murid. Mulai dari kompetensi apa yang dimiliki murid sampai proyeksi masa depan dan bagaimana cara mewujudkan atau mencapai kompetensi tersebut. Dengan begitu sangat jelas bahwa murid menjadi acuan atau `core ` dari kurikulum itu sendiri. Maka kemerdekaan murid dalam belajarlah jantung dari pengembangan kurikulum. Â
Lalu apa peran dan fungsi kurikulum?
Kurikulum adalah salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan nasional. Kurikulum berperan sebagai pedoman dan acuan kita dalam pembelajaran, maka fungsi kurikulum bagi guru adalah memandu dalam proses belajar murid. Peran dan fungsi kurikulum dapat kita optimalisasi dalam kerangka.
1. Mewariskan nilai dan budaya masyarakat yang relevan dengan dengan masa kini.
2. Mengembangkan sesuatu yang dibutuhkan masa kini dan masa depan.
3. Menilai dan memilih suatu yang relevan atau kontekstual sebagai kontrol sosial.Â
Murid-murid kita yang berbeda suku budaya, bahasa, adat istiadat, dan agama harus menjadi pijakan awal dalam pengembangan kurikulum. Sehingga kurikulum dapat digunakan sesuai dengan konteks dimana satuan pendidikan itu berada. Â
Guru sebagai ujung tombak implementasi kurikulum dalam proses pembelajaran, kita harus tahu bahwa kurikulum nasional itu perlu disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan. Oleh karena itu pengembangan kurikulum diperlukan disetiap satuan pendidikan. Di sinilah peran kita sebagai pemilik dan pengambang kurikulum di satuan pendidikan, kita harus melakukan adaptasi sesuai dengan konteks dan karakteristik murid. Begitupun dengan pembelajarannya. Kitalah yang lebih mengetahui  murid-murid kita, kompetensi apa yang dibutuhkan, dan bagaimana cara mewujudkannya.Â
Proyeksi pendidikan 2030 yang dilakukan oleh OECD mengarahkan bahwa kompetensi tidak hanya fokus pada kognitif, sikap dan psikomotorik, tetapi juga harus ada value/atau nilai yang melengkapi kompetensi murid. Saat ini kualitas literasi dan numerasi, kesehatan mental dan sosial emosional murid merupakan fondasi atau prasyarat yang diperlukan murid. Ini untuk membangun fondasi transformatif dengan siklus belajar antisipasi, aksi dan refleksi menuju pembelajar sepanjang hayat.
Transformasi pembelajaran paradigma baru menekankan pada penguatan kompetensi dan materi yang esensial atau bermakna. Bukan banyaknya materi/konten yang didapatkan murid, melainkan konten/materi yang esensial dalam pembelajaran yang dilaksanakan secara mendalam. Proses pembelajaran tersebut salah satunya dapat menggunakan siklus Inkuiri yang menekankan pada rasa ingin tahu sebagai dorongan belajar yang  kuat pada murid. Pentingnya rasa ingin tahu murid perlu kita munculkan kemudian kita gabungkan dengan obrolan atau percakapan yang menjadi bagian dari pembelajaran. Pertanyaan, pertanyaan terbuka seperti mengapa?, apa? dan bagaimana?  merupakan cara guru untuk menstimulasi cara belajar murid, mengeksplorasi apa yang telah mereka ketahui, sehingga menghasilkan dampak yang bermakna dalam penyelidikan-penyelidikan yang mereka lakukan.Â
Lalu seperti apa siklus pembelajaran inkuiri itu?Â
1. Menyalakan rasa ingin tahu murid perlu dilakukan agar imajinasi mereka berjalan dan bekerja dalam pikirannya.
2. Mencari tahu mengumpulkan data, fakta dan bukti dari eksplorasi apa yang murid telah ketahui serta menemukan informasi baru dengan menggunakan keterampilan yang mereka miliki.
3. Memilah, mengorganisasi, menganalisa menerjemahkan dan mengkomunikasikan apa yang murid pelajari dengan berfokus pada peningkatan keterampilan berfikirnya.
4. Membuat koneksi mencoba menghubungkan dengan topik lain yang berkaitan dengan konteks diri murid dan lingkungannya.
5. Menyelami, mendalami/mendalami mendorong murid mengambil makna/ esensi dari kegiatan belajarnya melalui penyelidikan juga murid mendalami atau menyelami rasa ingin tahu lebih jauh dari pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab di diri mereka.
6. Aksi atau tindakan merefleksikan apa yang telah murid pelajari, dan membuat aksi nyata dari pembelajaran bermakna dari apa yang di dapatkan. Aksi ini muncul karena  inovasi internal dalam diri murid, dan juga yang tidak kalah penting, tranformasi pembelajaran murid berfokus pada pengembangan karakter berdasarkan nilai-nilai pancasila untuk mewujudkan profil pelajar pancasila melalui pembelajaran berbasis projek.
Dengan demikian diharapkan murid dapat memberikan dampak bagi dirinya sendiri dan lingkungannya kelak. Setalah memahami peran dan fungus kurikulum apa yang selanjutnya dapat kita lakukan untuk mewujudkan proses pembelajaran yang berpihak pada murid?Â
Referensi:Â
 Â
1. OECD. 2020. Curriculum (re) design from the OECD Education 2030 project. Overview brochureÂ
2. Pusat Asesmen dan Pembelajaran. 2021. Paparan Pembelajaran Paradgima Baru. Jakarta: Kementerian Pendidikan,, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.Â
3. Tyler, W., Ralph. 1949. The Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago: The University if Chicago Press
 Â
 Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H