Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tuhan Maha Keren

19 Januari 2022   06:00 Diperbarui: 19 Januari 2022   06:02 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kami sudah sepakat untuk memeberikan ini..sudilah bapak menerimanya" tiba-tiba anak itu mengeluarkan kotak kecil yang di balut kain merah. Dengan cepat dia menyodorkannya ke tanganku dan dalam beberapa detik sudah berpindah tangan. Nampaknya kotak ini begitu rapi nampaknya sudah di persiapkan sebelumnya.

"Apa ini? " tanyaku sambil membolak-balik kotak itu. Terdengar bunyi sesuatu di dalamnya yang setelah aku goncang  mungkin sedikit terusik. Aku masih terkejut sambil kebingungan harus berkata apa.

"Hanya hadiah kecil dari kami sebagai tanda rasa syukur, oya pak..salam ya buat ibu Fitri Kumala, aku dengar dari teman-teman bahwa bapak mempersunting ibu perpustakaan itu"

"Ah Kalian ini dari dulu suka ngegosipin orang" jawabku agak malu. Semenjak angkatannya dulu memang para murid sering menjodohkan kami. Mungkin di karenakan aku suka main ke perpustakaan di karenakan hobi baca. Tapi memang jodoh bu Fitri Kumala telah menjadi ibu dari anak-anakku.

"Bapak mengucapkan terima kasih, bapak masih tidak percaya apa yang bapak alami hari ini " aku peluk pemuda itu dengan erat. Dekapannya begitu erat saya rasakan dan tiga kali tepukan aku rasakan di punggungku.

"Sama-sama pak, ini tidak sebanding atas apa yang bapak berikan. semoga bermanfaat " dengan perlahan pemuda itu melepas pelukanku. Wajahnya menggambarkan seseorang yang sedang sungkan. Namun demikian semua tidak mengurangi aliran air matanya yang mengalir membasahi kemeja biru laut miliknya.

"Jika  bapak perlu bantuan dengan senang hati saya akan menerima telepon dari bapak, saya tunggu" 

Nampaknya waktu begitu singkat sehingga anak ini harus meninggalkan ruang tamu yang dari tadi di hiasi pembicaraan yang sedikit kaku. Aku merasa aneh dulu dia aku kenal orang yang tidak sopan di kelasnya tetapi sekarang dia menaruh hormat selayaknya bertemu orang yang begitu berharga.

Kedua pasangan itu mulai meninggalkan halaman rumah dan memasuki CRV miliknya, Dinar Mahendra,  anak kecil yang dulu saya ragukan masa depannya nampak begitu gagah dan di dampingi istrinya yang cantik.

Mobil hitam itu pelan-pelan meninggalkan rumah sampai tak terlihat lagi. Aku mulai memasuki pintu yang sedari tadi masih terbuka. Angin mulai menutup daun pintu yang menjerit jerit. Kubuka kotak kecil itu dan..ya Tuhan! aku temukan kunci sepeda motor yang di balut gulungan kertas,

 aku mulai membancanya: Bapak adalah guru teladan bagi kami dan juga nantinya bagi anak-anak kami. Akan kami ceritakan sebuah kisah yang membenam dalam dan mengakar yang sampai kapanpun takkan bisa di cabut dan takkan pernah usang....sore nanti semoga motornya sudah datang pak. Terima kasih guruku. Bapak Zulkarnain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun