Mohon tunggu...
Alika Pasya
Alika Pasya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa SMPN 7 Depok

hobi menggambar, dan membaca buku buku fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Takdir yang Ada

16 Februari 2023   07:19 Diperbarui: 16 Februari 2023   07:31 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kala terdiam mendengar itu. “Kamu adalah anak yang jauh lebih beruntung dari anak-anak lain Kala. Kamu masih punya tante dan om, yang selalu sayang sama kamu Kala, dan kami sudah menganggap kamu seperti anak kami sendiri. Kamu masih punya tempat tinggal, sekolah, dan lainnya sayang. Belum tentu orang lain di luar sana sama seperti kamu nak.” lanjut tante Sarah dengan nada yang lembut dan menenangkan.

Mendengar hal itu Kala termenung mendengar nya. Tante Sarah yang melihat itu, memeluk sang keponakan dengan sayang. Om Ardi mendengar percakapan dua orang didalam sana dengan mata yang berkaca-kaca.

Ponakannya sudah besar. Ia ikut bergabung bersama istri dan keponakan yang sedang berpelukan itu. Setelah sudah lebih tenang, mereka melerai pelukan tersebut dan saling menatap dengan tersenyum.

“Kala amat sangat berterimakasih dengan om dan tante yang selalu sayang dengan Kala. Kala bersyukur masih ada kalian di hidup Kala. Terlepas Kesalah Ayah, aku ngga akan benci dengan beliau. Aku akan tetap sayang dengan ayah, seperti aku menyayangi ibu dan kalian berdua,” ujar Kala sambil tersenyum manis. Tante dan om tersenyum haru atas apa yang Kala ucapakan.

“Besok ikut om dan tante ya ke suatu tempat,” ucap om Ardi “Kemana om?” tanya Kala

Panti Asuha Bakti Cahaya. Tempat ini yang mereka kunjungi. Setelah turun dari mobil, Kala melihat anak-anak seusianya sedang bermain di teras panti asuhan tersebut. Tak hanya anak yang usianya sama dengannya, ada anak yang lebih muda darinya maupun lebih tua dari umurmya, anak bayi pun ada disini. Om dan tante mengajak Kala masuk ke panti asuhan. Terdengar tangisan anak bayi di arah ruangan sebelah.

Kala melihat dari jendela banyak sekali bayi-bayi. Ada yang sedang main, menangis, dan berlari kesana-kemari. Kala bertanya “Kemana orangtua mereka tante?” tanya Kala kepada sang tante. Tante Sarah tersenyum mendengar pertanya sang ponakan.

“Mereka tidak punya orang tua Kala, ibu pengasuh itu orang tua mereka, keluarga mereka adalah orang-orang di panti asuhan ini Kala,” jawab tante Sarah sambil melihat bayi-bayi diruangan tersebut. Kala termenung mendengar jawaban sang tante.

Om Ardi yang melihat Kala terdiam itu mulai angkat bicara “Mereka di sini tidak ada sanak saudara Kala, hidup sebatang kara dari mereka lahir di dunia. Ada yang setelah lahir di titipkan di panti asuhan ini, ada yang terbuang oleh orangtuanya, dan masih banyak lagi,” Sahut Om Ardi.

Air mata Kala meluruh, ia tidak menyangka ternyata masih banyak anak di dunia ini yang nasibnya lebih kurang baik darinya. Yang seharusnya anak di usia mereka mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtua, tapi mereka malah di telantarkan begiti saja. Anak yang belum mengerti apapun di dunia ini, malah harus menanggung beban yang besar. Orangtua yang menjadi peran utama untuk anaknya, malah membuang mereka begitu saja tanpa rasa belas kasih.

Kala bersyukur masih ada tante dan om-nya yang bisa menggantikan peran orang tua untuknya. Ia berterima kasih kepada tuhan, masih bisa diberikan orang yang tulus menyayangi ia dan memberi ia kasih sayang. Kala amat bersyukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun