Mohon tunggu...
Alika Pasya
Alika Pasya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa SMPN 7 Depok

hobi menggambar, dan membaca buku buku fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Takdir yang Ada

16 Februari 2023   07:19 Diperbarui: 16 Februari 2023   07:31 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlihat ada seorang anak yang menukuk lututnya di pojok ruangan. Bahunya terlihat bergetar. Sudah hampir 15 menit ia berada di posisi tersebut. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu “Tok.. tok.. tok..” Tidak ada sahutan dari dalam kamar. Kemudian  terdengar lagi ketukan dari pintu dan panggilan untuk sang anak. “Tok.. tok.. Kala kamu di dalam nak? Boleh tante masuk?” Hening. Belum ada sahutan dari dalam kamar.

Tante sarah menghela nafas, kemudia ia berbalik arah dari kamar tersebut. Tapi sebelum itu, terdengar bunyi kunci diputar. Niskala, anak yang ada di dalam kamar tersebut membuka pintu dengan perlahan. Tante Sarah langsung berbalik ke arah kamar itu lagi. Ia melihat sang keponakan yang terlihat sangat berantakan. Mata itu, terlihat sayu dan lelah. Tante Sarah yang melihat itu langsung memeluk sang keponakan dengan erat sambil meneteskan air mata.

Anak tersebut bernama Niskala Alemana, berumur 12 tahun. Ia tinggal bersama tantenya yang bernama Sarah Andina, dan om nya yang bernama Ardi Zahril.

Kemana orangtua Kala? Sejak Kala di dalam kandungan ayahnya pergi meninggalkan dia dan ibunya, entah tau kemana. Sedangkan ibunya meninggal setelah melahirkan dia. Ia hanya hidup bersama tante dan om-nya.

Sore menjelang petang, Kala hanya diam di dalam kamarnya setelah berpelukan dengan sang tante. Rasanya lebih baik dari sebelum sang tante memeluknya.

Tante Sarah berjalan menghampiri Kala sambil membawa coklat panas. Ia tersenyum lembut ke arah Kala. Senyum yang membuat hati Kala tenang. “Ini untuk anak cantiknya tante,” harum coklat panas kesukaan Kala tercium. Kala menerima dengan senyum kecil. Kala menyeruput coklat panas dengan diam, tante kala terus memperhatikan apa yang Kala lakukan.

Tante Sarah mengelus rambut panjang Kala dengan sayang. “Boleh Kala cerita ke tante apa yang buat Kala sedih?” Tanya tante Kala membuka percakapan.

Kala menaruh cangkir coklat panas di samping meja. “Boleh Kala bertanya soal ayah, tante?” tanya balik Kala. Tante Sarah terdiam. “Boleh,” jawab tante Sarah sambil tersenyum setelah berdiam beberapa saat.

“Kenapa ayah pergi tante? Apa karena Kala tante, ayah pergi dari ibu? Apa karena Kala ada di dunia ini tante? Kenapa Ibu juga tinggalin Kala sendiri di sini tante? Aku butuh sosok mereka, tante!” Cecar beruntun pertanya dari Kala ke pada sang tante dengan derai air mata.

Tante Sarah tidak bisa memendung tangisnya di hadapan Kala, saat mendengar pertanyaan-pertanyaan
dari sang keponakan sembari melihat ada banyak luka di mata Kala. “Kala disini tidak sendiri sayang. Ada tante Sarah dan Om Ardi yang bisa menggantikan posisi ayah dan ibumu nak.” jawab sang tante.

“Ayahmu meninggalkan ibumu dan kamu karena ia lebih memilih wanita lain dari pada ibumu, tetapi itu sudah keputusannya Kala. Ibumu juga yang memilih untuk pergi dari hadapan ayahmu sayang. Ayahmu lelaki yang kasar, ia tidak pantas untuk menjadi pendamping ibumu nak, apalagi menjadi ayahmu,” Jelas sang tante kepada Kala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun