Mohon tunggu...
Rikat Ali Ikwan
Rikat Ali Ikwan Mohon Tunggu... -

cogito ergo sum - aku ngeblog maka aku ada

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Kembalinya “Nurdinisme” di Sepak Bola Indonesia

19 Maret 2013   16:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:30 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

- Tak punya kekuatan untuk melobi pihak kepolisian sehingga sejumlah pertandingan sering tidak mendapatkan izin atau digelar tanpa penonton.

- Satu-satunya Ketua Umum PSSI dalam sejarah yang memimpin organisasi dari balik jeruji besi.

- Terlalu banyak intervensi terhadap keputusan-keputusan Komdis sebagai alat lobi untuk kepentingan pribadi dan menjaga posisinya sebagai Ketua Umum.

So, apa yang terjadi di KLB 17 Maret jelas masih jauh dari semangat rekonsiliasi tuntas, tapi lebih menunjukkan “yang lebih kuat (modal) yang menang”.

Yang harus diwaspadai, Singapura letaknya tak jauh dari Indonesia. Ingat pemberitaan beberapa pekan lalu. Hasil investigasi intelijen Uni Eropa menyatakan, Singapura menjadi pusat “match fixing” atau pengaturan skor pertandingan sepakbola dunia, termasuk liga-liga elit Eropa. Sepak bola Indonesia sangat mungkin masuk dalam genggaman mafia match fixing yang berpusat di Singapura. Atau, jangan-jangan mereka ikut bermain dalam KLB 17 Maret? Wallahu a’lam. [x]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun