Mohon tunggu...
Ali AzharSyihabuddin
Ali AzharSyihabuddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa biasa

Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam di UIN Bandung, suka baca dan beli buku, pernah kelaparan gara-gara beli buku di akhir bulan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebelum Maghrib

7 Agustus 2024   20:27 Diperbarui: 8 Agustus 2024   07:02 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Awalnya Ayah Bagus merasa dia salah dengar, tapi setelah didengar lebih seksama lagi akhirnya ayah bagus sadar kalau itu teriakan anaknya. Awlnya suara itu samar dan sulit dimengerti, setelah beberapa saat akhirnya ayah Bagus memahami teriakan tersebut. Sedikit merasa bingung tapi tidak ada salahnya mencoba, pikirnya. Akhirnya ayah Bagus mulai berteriak begitu pula ayah Ali dan ayah Udin juga diajaknya untuk berteriak Tolong.

***

Di atas pohon yang hampir tumbang, Ali, Bagus dan Udin berdoa akan keselamatan mereka. Seketika mereka mendengar suara ayah mereka dan sebuah kabut tebal datang menghampiri mereka. Kabut itu menyelimuti mereka bertiga. Dan dalam hitungan detik mereka langsung berada di bukit keramat yang ada di kampung mereka.

***

Sebuah teriakan terdengar samar oleh ayah Ali, ayah Bagus dan ayah Udin. Mereka menyadari hal yang sama. Tiba-tiba suara hantaman keras datang dari atas pohon beringin. Setelah disenter ternyata ketiga anak yang hilang: Ali, Bagus dan Udin. Ketiga ayah mereka langsung mengucap syukur diikuti dengan memanggil masing-masing nama anak mereka.

Setelah diturunkan dari pohon mereka semua saling berpelukan, tangisan haru pecah di bawah pohon beringin itu. Saat ditanya apa yang terjadi ketiga anak itu hanya diam dan lagipula mereka sepertinya kebingungan menjelaskan apa yang mereka alami. Akhirnya mereka dibawa pulang dengan selamat.

Seminggu kemudian, warga sepakat untuk menebang pohon beringin tersebut. Setelah mendengar cerita ketiga anak itu warga akhirnya tahu kalau Pohon Beringin itu ialah gerbang ke tempat para jin berada. Bagi orang tua yang kehilangan anaknya puluhan tahun lalu akhirnya pasrah dan ikhlas. Mereka yakin anak mereka telah tiada di dunia para Jin. Ali, Bagus dan Udin bermain seperti biasanya. Namun, mereka tidak akan pernah melupakan kejadian tersebut sampai kapanpun.

(Generator AI) 
(Generator AI) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun