Mohon tunggu...
Ali AzharSyihabuddin
Ali AzharSyihabuddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa biasa

Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam di UIN Bandung, suka baca dan beli buku, pernah kelaparan gara-gara beli buku di akhir bulan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebelum Maghrib

7 Agustus 2024   20:27 Diperbarui: 8 Agustus 2024   07:02 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Orang tua Bagus mulai panik saat tidak menemukan Bagus di rumah. Mereka mencari di dalam dan sekitar rumah, lalu bergegas ke rumah Ali setelah ayah Bagus menduga Bagus mungkin di sana. Di rumah Ali, mereka menemukan kamar Ali kosong dan jendela terbuka. Setelah menduga anak-anak pergi ke pohon beringin di atas bukit, mereka langsung menuju ke sana dengan membawa senter dan senapan angin untuk berjaga-jaga.

***

Ali dan Bagus kaget melihat sekeliling mereka. Mereka berada di tengah hutan antah-berantah. Mereka hanya dikelilingi pohon besar dan kegelapan yang menakutkan. Suara pertolongan Udin masih terdengar, bunyinya dari balik sebuah poho besar. Ali menyalakan senter lagi dan bersama Bagus menuju Sumber suara Udin.

Saat melihat di balik pohon ternyata ada sebuah gua besar. Hawa mengerikan mengalir ke tubuh mereka. Bagus berfirasat buruk. Sesaat mereka saling bertatap-tatapan dan akhirnya menagguk. Mereka sepakat untuk masuk ke gua tempat suara Udin berasal.

AAAAAHHHHHH!!!

Mereka berteriak kompak. Ternyata, baru saja sekumpulan kalelawar kecil dengan mata merah menyala melewati kepala mereka. Senter terjatuh namun masih menyala. Ali mengambil senter dan melanjutkan jalan mereka.

Semakin dalam mereka masuk suara pertolongan Udin semakin kencang dan jelas. Bagus dan Ali semakin yakin itu Udin. Mereka sampai di ujung gua. Di sana sangat gelap, saat senter di arahkan pada sebuah celah bebatuan mereka melihat udin sedang menangis meminta tolong. Dengan sigap Ali dan Bagus mendekati Udin sambal memanggil namanya. Udin masih hidup, masih dengan baju yang ia gunakan terakhir kali dan masih dengan Bola miliknya.

Mereka saling berpelukan. Udin menangis makin kencang.

“Makasih ya, kalian udah mau jemput aku. Aku takut, dari kemarin aku sendirian di sini”

“Ga usah bilang makasih Din, kami yang salah. Harusnya kami ga jail” kata Ali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun