Sepeda motor itu melaju dengan tenang
Menikmati indahnya lalu lintas kehidupan
Mungkin ia lupa siapa yang dibawanya
Ataupun siapa pemiliknya
Sampai ia juga lupa ada siapa di dunia
Bahkan pemiliknya juga menikmatinya
Meskipun macet yang menghadang
Baginya seolah tak ada hambatan
Ketika ia bersama orang yang dibelakangnya
Bahkan teriknya matahari terasa teduh
Ketika tangannya melingkar ke badan itu
Apalagi sang penumpang yang dengan nyamannya
Bersandar di punggung sang pengemudi muda itu
Ia tak peduli kulitnya terbakar oleh panas
Karena panas dikulitnya jelas kalah
Oleh jantungnya yang tak kuat menahan debaran
Yang semakin menjadi tiap meter yang dilewatinya
Tapi akhirnya lampu merah kala itu
Seolah membuat dunia mereka berhenti sejenak
Bahkan terlhat sekitar bergerak lambat
Oleh cepatnya sang waktu berputar
Sepasang mata saling menatap
Dan bibir tak kuasa berucap
Namun hati tetap berkata bahwa ia siap
Akhirnya lampu merah kala itu jadi saksi
Ketika bibir itu bersaksi
Untuk selalu bersama
Ketika bibir itu bersaksi
Untuk selalu mencinta
Ketika bibir itu bersaksi
Akan menjadi yang setia
Sama seperti Lampu merah kala itu
Dunia berhenti sejenak kala itu
Seperti menyala merahnya lampu itu
Hati berdegup dengan sangat kencang
Seperti kelap kelip kuningnya lampu itu
Namun bibir menjadi lebih siap
Memberi jalan hijaunya seperti Lampu
Lampu merah kala itu
Sama seperti lampu merah kala itu
Tidak mudah untuk selalu ada
Tidak mudah untuk selalu bertahan
Di tengah teriakan keluhan penumpang
Di tengah ketidakaturan lalu lintas
Sama seperti lampu ketika merah kala itu
Ia memisahkan jarak pengendara
Dengan batas waktu yang ia punya
Tapi apakah ia punya waktu yang cukup
Dengan batas yang ada
Bahkan apa ia siap dengan jarak yang ia pisahkan
Sama seperti hidupku saat ini
Untuk berjalan ke depan
Atau hidupku sama seperti lampu ketika kuning kala itu
Yang saat ini bingung untuk maju ataupun mundur
Atau  hidupku sesenang pengendara
Ketika ia diperbolehkan oleh lampu warna hijau kala itu
Untuk bertemu terakhir kalinya bersamanya
Tidak masalah
Karena ini sungguh menyiksa.
Biarlah jarak yang memastikan
Dan waktu yang menjawab semua ini.
Karena ku yakin waktu gaakan berbohong
Dan jarak ...
Biar ia menanggung resiko
Pada dasarnya entah salah siapa
Karena memberi jarak buat kitaÂ
Namun terus selalu bersama.
Terimakasih, Lampu merah dan Sepeda Motor kala itu.
-kertodjajasenata
MKA requested.    Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI