Mohon tunggu...
Alif Syuhada
Alif Syuhada Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

https://alifsyuhada.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penguatan Budaya Agraris sebagai Strategi Regenerasi Tani Indonesia

22 Mei 2019   07:44 Diperbarui: 22 Mei 2019   07:47 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini mengingatkan saya kepada sambutan Jokowi pada Dies Natalis ITB ke 54 di Bogor, Rabu 6 September 2017 (kompas.com) dimana presiden menyindir banyaknya mahasiswa pertanian yang lari ke direksi perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bukan menjadi petani.

Hal yang sama juga saya dengarkan dari kisah salah satu pegiat pertanian organik dimana teman-teman anaknya yang belajar di fakultas pertanian tidak ada yang menyatakan dirinya akan bertani selepas menjadi sarjana. 

Kampus-kampus pertanian tentu sangat lengkap memberikan skill pertanian modern hingga praktik kepada mahasiswa. Namun mereka yang berani terjun di pertanian sangat sedikit sekali.

Strategi regenerasi tani perlu memasukan penguatan budaya agraris untuk membentuk citra manusia tani. Hal itu dilakukan dengan membentuk kebudayaan yang berpihak kepada tani serta pendidikan yang akomodatif terhadap dunia tani.

Kementan dapat bekerjasama dengan Kemendikbud dalam regenerasi tani. Kisah hidup dan keluhuran petani dapat dimuat dan dielaborasi dalam mata pelajaran sekolah. Murid dapat diajak untuk sesi outingclass di lokasi pertanian, berdialog dengan petani sehingga mereka mengenal tani sejak dini. Permasalahan ekologis juga perlu dikenalkan dalam sekolah agar murid mengerti pentingnya menjaga alam untuk ketahanan pangan.

 Begitu pula dalam ranah kebudayaan. Literatur, kesusastraan, film, kartun, acara televisi, maupun kesenian diarahkan untuk membangun empati kuat terhadap kehidupan tani. Produk budaya tersebut harus mampu mengangkat martabat tani sebagai sosok sentral dalam negara agraris serta golongan mayoritas penduduk yang sangat penting dalam mempertahankan bangsa.

Dengan membangun kebudayaan agraris tersebut, akan semakin banyak generasi yang suka bertani seperti yang terjadi pada generasi muda Amerika akhir-akhir ini. Minimal jika mereka tidak bertani, setidaknya rasa cinta pada pertanian akan membuat mereka memikirkan betul nasib tani saat menjadi pemerintah, politisi, akademisi, intelektual maupun pengusaha besar, bukan sebaliknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun