Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyatakan bahwa menggerakan santri milenial adalah pilihan strategis untuk regenrasi dan meningkatkan produktivitas pertanian.Â
Pelibatan ini merupakan bagian program yang lebih besar yakni gerakan 1 juta petani milenial yang telah ditetapkan sebagai program prioritas membangun manusia Indonesia di 2019.
Bukan hanya santri tani milenial, Kementan juga menyiapkan langkah-langkah lain untuk penguatan regenerasi tani. Pada sektor pendidikan, Kementan melakukan transformasi pendidikan tinggi vokasi pertanian dari enam STPP (Sekolah Program Penyuluhan Pertanian).Â
Program studi STPP yang semula hanya penyuluhan pertanian, perkebunan, dan peternakan, kini harus berorientasi agribisnis hortikultura dan perkebunan, serta mekanisasi pertanian (kompas.com, 27/11/17).Â
Selain itu, Kementan juga bekerjasama dengan 16 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk inisiasi program penumbuhan wirausahawan muda pertanian serta pelibatan mahasiswa, alumni, atau pemuda tani untuk pendampingan.
Di ranah lapangan pertanian, Kementan membentuk penumbuhan kelompok usaha bersama (KUB) petani muda, pelatihan dan magang petani muda, serta optimalisasi penyuluh untuk mendorong tumbuhnya petani muda. Kementan, melalui programnya, berharap dapat menumbuhkan generasi tani muda yang mampu menguasai sektor hulu sampai hilir pertanian.
Program-program diatas tentu sangat baik dan dapat menunjang regenerasi tani secara luas. Namun, di balik itu masih menyisakan tantangan besar yakni soal membangun mentalitas bertani.Â
Secara keseluruhan, program regenerasi tani masih berjalan di seputar penguatan skill pertanian, pemasaran, dan bantuan permodalan. Program tersebut belum menyusun strategi pembentukan kemauan bertani yang menjadi hal pokok dalam regenerasi tani.
Penguatan Budaya Agraris
Pemberian skill dan pemodalan tanpa membentuk watak agraris kepada pemuda membuat kita hanya mengulangi macetnya regenerasi tani di kampus-kampus pertanian.Â