Mohon tunggu...
Alif Raung Firdaus
Alif Raung Firdaus Mohon Tunggu... -

Lelaki, itu saja.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Melankolia Musim Penghujan

3 Agustus 2013   07:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:41 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

1/

Di sini, sebait doa kita langitkan

Mengalir rancak bersama deburan hujan

Yang setia mengeja bumi, mengeja kegalauan

Mungkin hujan adalah tanda

Yang acapkali kita jamu di beranda

Tanda-tanda duka; pekabaran sembilu, sajak rintih

Surat vonis, suara kematian, dan selaksa lagu pedih

Tapi kita hanya pejalan yang masih belajar menafsir hujan

Entah ia adalah tanda duka, atau ia yang disebut murka

2/

Di sini, kita semakin gagu mendiami beranda

Yang tiada alpa menjamu angin, menjamu risau dalam dada

“semoga kabar yang kudengar tidaklah benar

Atau ia hanya kelakar, tentang senyummu yang selalu tegar”

Seperti senja ini, senja yang selalu basah

Senja yang menimang cakrawala dengan gelisah

Kita senantiasa menasbih langit, juga mendaras duka

Agar tersampai padamu, serupa doa yang merekah

Tapi kita hanya pejalan yang tak dapat memutus sepakat

Entah ia akan sampai atau tertanam dalam surga yang nikmat

3/

Tapi bagaimana pun, kita mesti tetap di sini

Mengaji hujan di beranda, mengaji ketabahan

“Gusti, semisal Ayub yang Kauuji dengan kenikmatan

Datangkan padanya kenikmatan yang lebih betapa!”

Hingga malam datang bertandang, perlahan, perlahan,

Doa yang telah kita langitkan, membubung menerbang

Mencengkeram angkasa dan cakrawala semakin remang

Tapi kita hanya pejalan yang memeram segumpal keyakinan;

Tuhan akan datang, dan menganugerahimu tetes-tetes kesembuhan

Jember, 25 Januari 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun