"Coba kamu ngobrol sama ayah. Mikirin adik-adik kamu aja, ibu udah pusing. Jangan semuanya harus dipikirin sama ibu. Coba kamu tanya ayah, tapi kamu tanyanya ketika ayah lagi santai ya." ucapnya pasrah dengan pertanyaanku yang setiap harinya selalu sama.
Pada akhirnya, aku pun mencoba untuk berbicara dengan ayah.Â
Tok-tok.
"Masuk. Gak dikunci." ucapnya dari dalam ruangan.
"Ayah lagi ngapain? Lagi sibuk gak?" tanyaku dengan hati-hati sambil membuka pintu.
"Hanum? Masuk nak. Ada apa? Ayah lagi ngerjain beberapa kerjaan."
"Oh ayah lagi sibuk ya. Ya udah deh gak apa-apa. Tadinya Hanum mau ngobrol." ucapku sambil tersenyum.
"Sok aja mau ngobrol mah. Lagian ayah juga lagi mau istirahat dulu, cape." ucapnya sambil membereskan kertas, "ada apa nak?"
"Gini yah, jadi Hanum kan masuk ranking paralel satu angkatan. Hanum dapet peringkat ke-9. Terus Hanum bisa ikut jalur rapot untuk masuk ke universitas. Tapi selain jalur untuk masuk ke universitas, ada juga jalur untuk masuk ke politeknik negri. Terus Hanum berpikir untuk masuk ke politeknik negri itu. Kan ayah semakin lama semakin tua, pasti nanti ayah jug bakal cape dan berhenti kerja. Maka dari itu, Hanum berpikir untuk D3, biar Hanum dapet pengalaman seputar dunia kerja. Tapi Hanum masih bingung jurusan untuk progam D3. Jadi Hanum ikut atau jangan yah untuk masuk ke politeknik? Hanum bener-bener bingung. Ibu nyuruh Hanum buat ngobrol sama ayah." ucapku yang berakhir dengan sebuah seyuman.
"Emang kalo D3 itu berapa tahun?" tanyanya.
"3 tahun yah."