Mohon tunggu...
Alifa Dhiya Rahadi
Alifa Dhiya Rahadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas Islam 45 Bekasi

Hobi bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menelusuri Sejarah Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta Melalui Koleksi yang Beragam

1 Januari 2024   13:51 Diperbarui: 1 Januari 2024   13:58 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Museum Fatahillah adalah museum bersejarah yang terletak di Jakarta, Indonesia. Bangunan ini awalnya dibangun pada tahun 1710 sebagai Batavian Balai Kota dan ditetapkan sebagai museum pada 30 Maret 1974. Museum ini berfungsi sebagai tempat untuk pengumpulan, pendidikan, dan studi berbagai aspek sejarah Jakarta. Ada kerajaan sunda dan sekitar dari abad ke-14, yang merupakan kediaman untuk Kerajaan Sunda yang juga merupakan bagian dari ber ibukota di Pakuan Pajajaran, yang terdiri dari dua provinsi yaitu Banten dan Kalapa. Pada tahun 1526, Raden Fatahillah diperintahkan oleh Kesultanan Demak untuk memimpin Sunda Kalapa. Setelah berganti namanya dan menjadi Jayakarta pada tahun 1619, VOC menghancurkan kota tersebut dan memutuskan untuk membangun kota baru yang disebut Batavia setahun kemudian.

Hari itu, Terik matahari tak menyurutkan semangat saya dan teman-teman untuk mengunjungi istana. Bangunan ini lebih sering dikenal sebagai Museum Fatahillah atau Gedung Balai Kota Batavia. Terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 1 Jakarta Barat, lokasi ini sering dikunjungi karena kemudahan aksesnya dengan banyak pilihan transportasi, seperti Trans Jakarta dengan biaya 3500 rupiah atau kereta api dengan biaya 2000 rupiah, membuatnya sering dikunjung. Harga tiket untuk masuk ke mmuseum juga terjangkau, di Rp3000 untuk mahasiswa dan Rp5000 untuk umum. Foto-foto yang di pamerkan bukanlah suatu kebetulan karena di sinilah pusat kekuasaan sang Gubernur Jenderal Vereenigde Oost Indische Compagni (VOC) di hindia Belanda. 

Sebelum balai kota dibangun, VOC pertama kali menciptakan sumur untuk mengurangi kebutuhan air selama konstruksi kota gedung balai. Namun, setelah Gedung selesai dibangun, sumur itu sendiri mulai berfungsi sebagai sumber air antara tahanan Belanda dan kuda. Sumur ini dikenal sebagai sumur tertua di Jakarta. Sejauh ini, kondisinya cukup stabil.

Sebenarnya, ada banyak ikan ikan kecil di sumur itu yang berenang kesana kemari di dalam sumur. sumur berdiameter 2,3 meter itu diperkirakan memiliki kedalaman sepuluh meter, tetapi kini kedalamannya tersisa 5 meter saja. Sumur tertua tersebut terletak di halaman belakang Museum Fatahillah, sehingga juga dikenal sebagai sumur Balai Kota.

Museum ini buka setiap hari kecuali hari Senin, mulai pukul 09.00 hingga 15.00 WIB. Ketika berkunjung ke Museum Fatahillah, pengunjung akan disambut dengan bangunan bersejarah yang megah. Di dalam museum, pengunjung dapat melihat berbagai koleksi yang menarik dan beragam. Pengunjung juga dapat mengikuti tur yang dipimpin oleh pemandu museum untuk mempelajari lebih lanjut tentang koleksi yang ada di museum. Selain itu, Museum Fatahillah juga memiliki area taman yang indah dan sangat cocok untuk bersantai. Di taman ini, pengunjung dapat menikmati suasana yang tenang dan menikmati pemandangan bangunan-bangunan bersejarah di sekitar museum.   

Kota ini, yang didirikan dengan gaya Belanda Eropa pada tahun 1635, meluas ke daerah lain dan selesai di bangun pada tahun 1950. Hari ini, itu berfungsi sebagai kantor pusat VOC di Hindia Timur. Temoat ini pun meluas lagi ke daerah Selatan. Kemudian pada masa kedudukan Jepang pada tahun 1942, kota ini mengubah namanya menjadi Jakarta dan akhirnya sekaligus menjadi ibukota Indonesia. Pada tahun 1972, Kota Tua Resmi menjadi zona warisan untuk melindungi arsitek dengan memiliki nilai standar Sejarah tinggi. Museum ini menyimpan koleksi artefak bersejarah, termasuk foto Gubernur Jenderal VOC dari tahun 1602 hingga 1942, foto khusus Gubernur jenderal Jan Pieterszoon Coen, dan artefak yang terkait dengan prasejarah. Selain itu, museum ini memiliki koleksi senapan dan mancur yang digunakan sebagai filter udara selama era kolonial. Pantai Fatahillah, di mana museum ini terletak, ditunjuk sebagai tempat perang agama pada tahun 1970.

Museum Fatahillah, juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta, bangunan neoklasik dengan makna sejarah yang kaya. Awalnya dibangun sebagai istana kota Batavia, bekas ibukota India Timur Belanda. Museum ini, yang terletak di Kota Tua Jakarta, dibangun antara 1707 dan 1712 atas perintah Gubernur Jenderal Johan van Hoorn. Arsitektur bangunan mencerminkan campuran gaya neoklasik dan barok klasik, dipengaruhi oleh era kolonial Belanda.

Museum ini memiliki banyak hal yang menggambarkan tentang peristiwa bersejarah, terutama yang terkait dengan sejarah berdirinya kota Jakarta. Anda juga dapat melihat pameran arkeologi di museum ini, yang menunjukkan bahwa pemukiman pertama di Jakarta terletak di semenanjung Sungai Ciliwung. Spesies ini diperkirakan berasal dari tahun 2500 SM. (Neolitik). Pengunjung juga dapat mengamati artefak dari era Tarmanegara dan Pajadjaran, yang merupakan sisa-sisa dari kekaisaran Eropa, Cina, dan Indonesia, serta batu prasasti. Koleksi yang disebutkan di atas dapat dilihat di berbagai tempat seperti Jakarta Prasejarah, Tarmanegara, Jayakarta, Fatahillah, Sultan Agung, dan MH Thamrin Ruangs. Ada juga beberapa koleksi budaya Becak, numismatic, dan Betawi. Selain itu, ada dewa Hermes (the lucky and guardian dewa) yang pernah tinggal di Persimpangan Halmoni dan Meriam Si Jaguar, yang diketahui memiliki kemampuan sihir yang kuat.

Museum ini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang populer di Jakarta dan cocok untuk dikunjungi bagi siapa saja yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai sejarah Jakarta dan Indonesia. Museum Fatahillah memiliki beberapa sarana, seperti: perpustakaan yang menyediakan buku lebih dari 1200 judul dalam berbagai bahasa sebagian besar merupakan peninggalan kolonial, kafe Museum dengan suasana nyaman bernuansa Jakarta ‘’tempo doeloe'’, mushola, ruang pertemuan dan pameran, dan taman dalam. Di luar area museum fatahillah juga tersedia berbagai fasilitas seperti jasa fotografer, penjual pernak pernik bernuansa kota tua Batavia, dan sebagainya.

Gedung ini dibangun oleh Gubernur Ali Sadikin sebagai tempat untuk pendidikan masyarakat umum tentang sejarah Jakarta. Ada 23.500 barang yang patut diperhatikan. Koleksi artefak kuno dari 1.500 tahun yang lalu masih cukup mengesankan. Di antara mereka masih tersimpan rapih adalah batu, beliung persegi, kendi gerabah, dan barang-barang lainnya yang menyerupai keramik-keramik dari abad ke-17 hingga abad ke-19 dalam bentuk piring, teko, dan cangkir. Dari lokasi ini, kita dapat mengamati perbedaan budaya yang berbeda antara Eropa, China, dan Indonesia.

Dalam lantai kedua, dahulu adalah siding dewan tertinngi Hindia di Belgia. Sebagai contoh, ruang sidang adalah meja rapat yang merupakan bundar diameter 2,25 meter dengan kayu jati bola, peninggalan abad ke 17. Selain itu, ada beberapa mebel-mebel antik peninggalan dari tahun 17 hingga tahun 19. Salah satu contoh yang luar biasa adalah Schepenkast, rak buku besar yang dibangun pada tahun 1748 sebagai tempat untuk menyimpan arsip dan artefak dari Dewan Hakim Isepuh emas kayu dari lemari ini. Tak sembarang, ukiran pada lemari memiliki keunikan tersendiri. Sebagai contoh, bagian kiri milik Dewi Keadilan, bagian tengah empat belas lambang keluarga Dewan Pengadilan, dan bagian kanan milik Dewi Kebenaran. Ukiran ini berarti hakim dewan adalah titisan dari keadilan dan kebenaran dewi. Ada juga banyak lukisan dan ilustrasi indah di Museum Fatahillah, termasuk dua lukisan yang sangat indah berjudul "Lukisan Pertempuran antara sultan agung dan Jan Pieterszoon Coen" dan "Lucian Tiga Keputusan Pengadilan."

Sebagai sarana untuk meningkatkan kinerja dan penampilannya, Museum Asia Tenggara di Jakarta didirikan pada tahun 1999. Tujuannya bukan hanya untuk menampilkan artefak dari era Batavian, tetapi juga untuk berfungsi sebagai tempat berkumpul bagi semua orang Indonesia, termasuk orang asing, anak-anak, dan orang dewasa yang lebih tua, untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mereka, serta untuk melayani sebagai tempat rekreasi. Di wilayah ini, Kota ini juga sering digunakan sebagai lokasi untuk menembak film langsung, foto pra-pernikahan, atau buku tahunan sekolah bagi siswa atau mahasiswa yang ingin menangkap gambar yang menangkap semangat abad ke-19.

Untuk mengatasi hal ini, Museum Sejarah Jakarta didedikasikan untuk memberikan informasi tentang sejarah kota Jakarta yang panjang, dari zaman prasejarah hingga saat ini, dalam format yang lebih realistis. Selain itu, melalui tata pamerannya museum sejarah Jakarta digambarkan sebagai "Jakarta Sebagai Pusat Pertemuan Budaya" oleh beberapa keluarga terkemuka dari dalam dan luar Indonesia, serta kota Jakarta itu sendiri. Selain itu, Museum Sejarah Jakarta selalu berusaha untuk menyelenggarakan.

Kegiatan kreatif yang dapat mendorong pengunjung untuk mengunjungi Jakarta dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perang agama. Koleksi museum ini mencakup beberapa era, termasuk dunia kuno, Kerajaan Hindu-Budha klasik, Islam, zaman kolonial, kemerdekaan, dan zaman modern.Koleksi yang paling umum berasal dari zaman kolonial. Pengunjung memiliki kemampuan untuk mengevaluasi barang-barang yang digunakan pada hari ini dan usia, Mulai dari rumah tangga dan berakhir dengan senjata tajam dan senjata api yang sangat murah.

Selain pameran bersejarah yang terhubung dengan Jakarta, museum ini memiliki Patung Dewa Hermes, dewa dari mitologi Yunani. Dewa Hermes adalah dewa yang meningkatkan kekayaan dan perlindungan bagi kaum pedagang. Dewa terletak di perempatan Harmoni Pada tahun 1972, penelitian dilakukan pada lapangan tersebut dan ditemukan pondasi air mancur dan mancur udara pondasi dikembangkan. Akibatnya, menggunakan rangkaian rencana bangunan ini, air mancur di tengah Taman Fatahillah ditemukan. Pada tahun 1973, Jakarta Pemda DKI membuka kembali taman yang disebutkan di atas dan memberinya nama baru, "Taman Fatahillah," untuk menghormati Fatahilah pendiri kota Jakarta. 

Di sana juga terdapat peninggalan Perhiasan Pengantin Betawi. Pakaian pernikahan Betawi yang berasal dari berbagai etnis, seperti Melayu, Arab, dan China dikenal dengan nama Dandanan Care None Panganten Cine, dari Namanya sendiri terlihat bahwa pakaian tradisional ini sangat kental dipengaruhi oleh budaya cina, tidak hanya itu perhiasan yang dikenakan pun juga erat di pengaruhi oleh budaya arab yang meliputi Tusuk Kembang Rumput, Tusuk Kembang Kelape, Kembang Goyang, Tusuk Burung Hong, Cadar (perhiasan yang menutupi wajah), Kerabu (anting-anting).

Museum fatahillah juga terdapat prasasti tugu jadi prasasti tugu ini menjelaskan tentang dua buah Sungai yaitu Sungai gong mati dan juga candrabaga atau bagasari yang merupakan bagasari sendiri itu merupakan yang di abadikan sebagai nama kota yaitu kota Bekasi.

Dan ada juga prasasti padrao, prasasti padrao adalah prasati perjanjian antara bangsa sunda kalapa dengan bangsa portugis, isi dari perjanjian tersebut ialah Dimana bangsa sunda kalapa dan bangsa portugis menjadi sekutu untuk membangun sebuah Pelabuhan di pulau jawa atau di wilayah sunda kalapa untuk memperkuat daya militer mereka agar mereka dapat mengambil alih wilayah karena pada saat itu pulau jawa di ambil alih oleh dua Kerajaan islam yaitu: Kerajaan mataram dengan Kerajaan Cirebon, namun perjanjian ini tidak pernah selesai karena Kerajaan mataram itu mengetahui isi perjanjian tersebut, dan Kerajaan mataram memutus seseorang yang Bernama fatahillah atau sunan gunung jati untuk memeranggi Kerajaan sunda kalapa dan sunda kalapa kalah, setelah dari kejadian tersebut sunda kalapa beganti nama menjadi jayakarta dan di pimpin oleh fatahillah atau sunan gunung jati.

Bagi saya ada hal yang paling ikonis dalam museum tersebut adalah penjara bawah tanah. Penjara tersebut dahulu digunakan untuk para tahanan serta tokoh Masyarakat yang melawan penjajah Belanda. Penjara tersebut sangat kecil, gelap dan memiliki atap yang pendek sehingga tahanan tidak bisa berdiri. Berdasarkan seorang pemandu museum penjara bawah tanah ini pernah menahan Pangeran Diponegoro dan Cut Nyak Dien.

Koleksi-koleksi di Museum Fatahillah diurutkan berdasarkan urutan waktu sejarah Jakarta, dan pameran koleksi didukung secara grafis dengan menggunakan foto, sketsa, gambar, peta, dan label deskripsi supaya lebih mudah dipahami.

Museum Fatahillah mempunyai berbagai manfaat bagi masyarakat, ada beberapa manfaat yang saya ketahui yakni : 

Pemahaman sejarah: Museum Fatahillah menjadi sumber pendidikan yang bagus, terutama untuk pelajar. Pengunjung dapat belajar tentang sejarah, seni, budaya, dan perkembangan sosial yang terkait dengan Jakarta dan Indonesia.

Penghargaan terhadap warisan budaya: Museum ini menyimpan, merawat, dan melestarikan warisan budaya di masa lalu, sehingga masyarakat dapat mengharga warisan-warisan tersebut dan memahami sejarahnya.

Pendidikan: Museum Fatahillah menjadi tempat belajar bagi anak-anak dan dewasa, serta menyediakan program pendidikan yang menarik.

Rekreasi dan wisata: Museum ini menawarkan area taman yang indah untuk bersantai dan menikmati pemandangan bangunan-bangunan bersejarah di sekitar museum.

Selain itu, museum ini juga menjadi tempat wisata edukasi sejarah yang populer di Jakarta. 

Setelah lelah berkeliling, saya dan teman-teman pun memutuskan untuk beristirahat dan bergegas untuk makan siang disekitar area museum. Di dekat Museum Fatahillah juga terdapat beberapa museum yang bisa kita kunjungi di antaranya ada Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan, Museum Bank Indonesia. setibanya didepan halaman pedang kaki lima sudah berbaris rapi menjajarkan dagangan disepanjang jalan, seperti es selendang mayang, pecel, kerak telor, dan makanan khas lainnya. Lalu tak kalah menariknya lagi penyewaan sepeda ontel untuk berkeliling dengan harga yang relative murah pun ada.

Sebagai kesimpulan, Museum Fatahillah bukan hanya struktur arsitektur yang luar biasa tetapi juga repositori sejarah Jakarta dan saksi dari masa lalu kolonial kota. Peran pelestarian dan pendidikannya sangat penting, dan upaya untuk memperkenalkannya kepada penonton yang lebih luas, terutama generasi muda, sangat berharga untuk penghargaan berkelanjutan atas pentingnya sejarahnya. Bagi penyuka sejarah, datanglah ke salah satu museum yang ada di sekitar kota tua ini, yaitu museum Fatahillah. Dengan tiket masuk yang tidak begitu mahal, kita akan disuguhkan sejarah-sejarah mengenai kota Jakarta khususnya. Banyak sekali pelajaran yang dapat kita terima jika telah mengunjungi tempat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun