Mohon tunggu...
Alifka Hadi Saputra
Alifka Hadi Saputra Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah A.R. Fachruddin

Bermain bola

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Analisis Alur pada cerpen "Dua Dunia" Karya NH. DINI

9 Januari 2025   15:06 Diperbarui: 9 Januari 2025   15:06 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suaranya merendah dan memantulkan ke wajah ayahnya di dalam kaca. Mendengarnya menghela nafas, lalu Iswanti melanjutkan, "Uang izin dimasukkan di sana, dan anak itu harus ikut dia."

"Memang menurut hokum islam anak perempuan ikut bapak."

"Saya tidak peduli macam hukum mana pun juga. Terlalu tak terbuka perasaan kemanusiaan."

"Biar Bapak saja yang menjawab surat itu nanti."

"Ibumu yang menerima,Is."

Betapa terkejutnya dia mendengar ini. Dibalikkan badannya dam di tentang mata bapaknya, mata yang sudah pudar itu.

"Tanpa setahuku!" dia memprotes

"Kita sama-sama membutuhkan uang, Is,"suara ayah rendah.

"Tapi belum cukuplah gajiku tiap bulan yang kuserahkan semua kepada Ibu? Tak terhitung juga gaji bapak sebelum pensiun."

Ayahnya diam saja. Dan oleh kediamannya itu hati Iswanti menjadi lemah.

"Seolah sudah begitu mendesaknya kebutuhannya itu sehingga harus meminta kepada orang lain."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun