Ia tidak pernah menganggap aku hanya sebagai keponakannya saja, akan tetapi aku sudah seperti anak kandungnya juga. Â Kini hanya ayah dan pakdeku saja yang dapat kujadikan sebagai penyemangat diri ini untuk melangkah. Ayah dan pakdeku merupakan sosok orang-orang yang akan senantiasa hadir di dalam kehidupanku.
Namun seiring berjalannya waktu, aku harus menerima kenyataan pahit. Orang-orang yang sangat aku sayangi, satu demi satu meninggalkanku dengan senyuman yang takkan pernah kulupakan.Â
Setahun setelah kepergian pamanku, pakdeku juga kembali ke pangkuan Sang Penentu Takdir dengan senyuman yang sangat indah. Pakdeku meninggal dunia setelah selesai menunaikan salat Magrib.
Pakdeku seakan meninggalkan pesan kepadaku agar tetap senantiasa patuh menjalankan perintah Tuhan. Aku merasakan sangat kehilangan sosok orangtua yang selalu memberikan nasihat maupun petuah berharga untuk mengarungi kehidupan.
"Kamu harus tetap menjadi anak laki-laki yang kuat Rif, semangat dalam meraih masa depan, jangan cepat berputus asa, dan tetap menjaga hubungan religius kepada Tuhan dengan taat." Itulah ucapan yang pernah disampaikan pakde kepadaku, ketika diriku terakhir kali berbincang di rumahnya.Â
Tidak berselang lama setelah pakdeku meninggal dunia, sekitar sebulan kemudian aku harus berlapang dada untuk menerima kenyataan. Orang yang sangat aku sayang, juga harus pergi meninggalkanku untuk selama-lamanya.
Ya, seorang yang sangat berarti dalam hidupku harus meninggalkanku dengan berjuta kenangan. "Ayah, aku tak lagi dapat mendengar suaramu, aku tak lagi dapat menyentuhmu, aku tak dapat lagi bersenda gurau denganmu di depan teras rumah ini. Sungguh berat hati ini menerima semua cobaan tanpamu di sisiku ayah, tetapi aku pun harus ikhlas menerima kepergianmu untuk selamanya. Aku yakin ayah, sosokmu tidak akan tergantikan meskipun waktu terus berlalu." Di atas pembaringan berselimut kain putih aku melepaskan ayah hingga di pemakaman.Â
Kenangan indah bersama ayah merupakan kenangan yang tak mungkin dapat kembali, namun kenangan itu akan selalu hadir di kala aku duduk sendiri di teras rumah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H