Mohon tunggu...
Alia Amalia
Alia Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPS

Just an ordinary person who likes watching, reading, and writing. And I'm addicted to coffee.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Global Boilling Tantangan Global yang Membutuhkan Aksi Bersama

27 Desember 2023   09:19 Diperbarui: 27 Desember 2023   09:41 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : United States Environmental Protection Agency

Alia Amalia (1407622045)

Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta 

"Era pemanasan global telah berakhir. Era pendidihan global telah tiba," begitulah yang diumumkan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres pada 27 Juli 2023, ketika dipastikan bahwa Juli 2023 menjadi bulan terpanas dalam 120.000 tahun terakhir. Hal ini berdasarkan data resmi yang dirilis oleh World Meteorological Organization (WMO) and the European Commission's Copernicus Climate Change Service mengonfirmasi bahwa Juli 2023 ditetapkan sebagai bulan terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah umat manusia.

Selain suhu yang tinggi, kita juga telah menyaksikan dampak pemanasan global yang terwujud dalam pemberitaan selama beberapa bulan terakhir: kekeringan yang semakin intensif dan parah, kebakaran hutan yang meluas terjadi lebih awal dan di luar musim, dan kita dengan cepat mendekati musim panas pertama tanpa es di Samudra Arktik.

Menurut WMO, rekor suhu pada bulan Juli tidak mungkin terjadi hanya sekali. Organisasi tersebut memperkirakan bahwa ada kemungkinan sebesar 98% bahwa setidaknya satu dari lima tahun mendatang akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat.

WMO juga memberikan peringatan dengan kemungkinan sebesar 66% bahwa, paling tidak dalam satu dari lima tahun mendatang, suhu global akan sementara waktu melebihi ambang batas 1,5 C di atas tingkat pra-industri. Hal ini menjadi batas penting karena berada di atas ambang batas yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris.

Lalu apa itu Istilah Global Boiling ?

Global boiling merupakan istilah yang menggambarkan dampak yang sangat buruk dan cepat dari Global Warning (pemanasan global). Ketika suhu bumi naik, kita tidak hanya mengalami pemanasan biasa, tapi juga 'mendidih'. Menandakan adanya cuaca yang sangat ekstrem, air laut yang naik, dan perubahan lingkungan penting yang terjadi dengan cepat. Ekspresi ini dibuat untuk menyoroti betapa pentingnya situasinya.

Penyebab Global Boiling

Sama seperti global warming, global Boiling terjadi karena aktivitas manusia yang berkontribusi pada peningkatan gas rumah kaca di atmosfer. Aktivitas industri, pembakaran bahan bakar fosil (seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam), deforestasi, serta praktek pertanian yang tidak berkelanjutan, semuanya menyebabkan pelepasan karbon dioksida (CO2) dan gas rumah kaca lainnya ke atmosfer.

Peningkatan gas-gas ini menciptakan efek rumah kaca yang mempertahankan panas matahari di atmosfer, menyebabkan suhu global naik secara bertahap. Sehingga menyebabkan perubahan iklim yang cepat dan ekstrem, yang kita saksikan dalam bentuk cuaca yang lebih ekstrem, kenaikan permukaan air laut, dan perubahan lingkungan lainnya. Jadi, aktivitas manusia berperan penting dalam menyebabkan fenomena Global Boiling yang kita alami saat ini.

Efek dari Global Boiling 

  • Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan yang semakin meluas menjadi salah satu dampak utama global boilling. Kondisi panas dan kekeringan yang ekstrim menciptakan lingkungan yang rentan terhadap kebakaran. Yang mengarah pada kerugian besar dalam keanekaragaman hayati, kerusakan lingkungan, dan pelepasan besar karbon ke atmosfer.

World Resources Institute (WRI) merilis laporan pada akhir Agustus 2023 yang menyatakan bahwa dunia telah kehilangan seperempat dari luas hutan karena kebakaran yang terjadi antara tahun 2001 hingga 2022.

Akibat gelombang panas dan kekeringan yang berlangsung lama, kebakaran besar telah terjadi di Italia, Portugal, Turki, dan Kanada, terutama di hutan boreal. Kebakaran hutan juga terjadi di Pulau Rhodes, Yunani. Kebakaran tersebut diduga dipicu oleh gelombang panas dengan suhu mencapai 45 derajat Celsius, yang mengakibatkan 20.000 orang terpaksa dievakuasi.

Setiap tahun, sekitar 5 hingga 10% dari emisi karbon global berasal dari kebakaran vegetasi.

Suhu laut yang meningkat berkontribusi pada naiknya permukaan air laut. Fenomena ini menyebabkan banjir pesisir yang lebih sering terjadi, mengancam wilayah pesisir dan ekosistem terkait di seluruh dunia.

Sebagai contoh, Atlantik Utara telah mencatat rekor suhu permukaan laut rata-rata sejak awal Maret, mendekati 77 derajat Fahrenheit. Angka ini merupakan suhu terpanas yang pernah tercatat dan melebihi rata-rata sebesar lebih dari 2,5 derajat.

Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa mencatat bahwa suhu permukaan laut rata-rata global mencapai 20,96 C pada akhir Juli 2023. Angka ini melampaui rekor sebelumnya sebesar 20,95 C yang tercatat pada tahun 2016.

Sumber : United States Environmental Protection Agency
Sumber : United States Environmental Protection Agency

Kenaikan suhu air menyebabkan bencana karena beberapa alasan:

  • Naiknya permukaan air laut.
  • Pengasaman laut yang mengganggu fungsi penyerapan karbon di perairan yang luas ini.
  • Hilangnya keanekaragaman hayati dan sumber daya alam laut, karena organisme tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan kondisi kehidupan mereka yang mendadak.
  • Pemanasan Antartika

Pemanasan yang cepat di Antartika sangat mengkhawatirkan. Hilangnya es laut di Antartika dapat menyebabkan beberapa konsekuensi serius, termasuk kenaikan permukaan air laut yang signifikan dan perubahan dramatis dalam ekosistem laut.

Penelitian berdasarkan data satelit NASA menyatakan bahwa antara tahun 2002 dan 2023, Antartika melepaskan rata-rata 150 miliar metrik ton es per tahun, yang kemudian berkontribusi pada kenaikan permukaan laut global.

Fenomena Global Boilling dilihat dari Perspektif Global Ilmu Pengetahuan Sosial 

Dalam ilmu pengetahuan sosial, Fenomena Global Boiling merupakan tantangan global yang memerlukan pemahaman mendalam tentang interaksi kompleks antara manusia dan lingkungan. Perspektif global terhadap fenomena ini tidak hanya memandangnya sebagai masalah lingkungan fisik. Namun, juga mencakup aspek sosial, ekonomi, dan politik.

Dampak langsung Fenomena Global Boiling pada kehidupan manusia meliputi kekeringan, banjir, cuaca ekstrem, dan kenaikan permukaan air laut, yang dapat menyebabkan migrasi massal, konflik, dan ketidakstabilan sosial di berbagai wilayah.

Di sisi ekonomi, perubahan iklim dapat mengganggu sektor-sektor seperti pertanian, perikanan, pariwisata, dan infrastruktur, menciptakan kerugian ekonomi yang signifikan. Hal ini memerlukan adaptasi dan investasi besar dalam mitigasi.

Dari segi politik, tantangan global ini menekankan perlunya kerjasama internasional dan kesepakatan politik yang kuat, sebagaimana ditunjukkan oleh Perjanjian Paris, Pakta Solidaritas Iklim dan Agenda Percepatan (Climate Solidarity Pact and Acceleration Agenda), dan upaya lainnya untuk mengurangi emisi dan menghadapi perubahan iklim.

Pendekatan ilmu sosial terhadap perubahan iklim menyoroti perlunya perubahan perilaku dan pola pikir. Melalui pendidikan, kesadaran akan dampak individu, serta kebijakan yang mendorong tindakan pro lingkungan, perubahan iklim bisa dihadapi secara lebih efektif.

Perlu aksi Bersama untuk mengatasi Global Boiling

Kita memerlukan aksi bersama dari seluruh dunia untuk mengatasi dampak dari global boiling ini. Sebagaimana pernyataan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, masyarakat global harus bertanggung jawab atas situasi ini, terutama negara-negara anggota G20 yang berkontribusi sebesar 80 persen terhadap emisi global.

Pendekatan yang diusulkan oleh Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, sangatlah penting dalam menghadapi tantangan pemanasan global. Menggantikan energi dari bahan bakar fosil dengan energi terbarukan menjadi kunci dalam upaya mengurangi emisi karbon secara signifikan.

Langkah-langkah konkret yang disarankan, seperti menetapkan target pengurangan emisi yang lebih ambisius dari anggota G20, adalah langkah yang mendesak untuk mencapai perubahan yang signifikan. Selain itu, melibatkan pemimpin industri keuangan untuk menghentikan dukungan ke sektor bahan bakar fosil dan mendorong mereka untuk beralih ke energi terbarukan adalah strategi yang kuat.

Perusahaan-perusahaan bahan bakar fosil juga harus memainkan peran penting dalam perubahan ini dengan memetakan langkah-langkah yang jelas menuju energi bersih. Rencana transisi yang terperinci adalah kunci untuk memastikan bahwa peralihan dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan dilakukan secara bertanggung jawab, memperhitungkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Dalam rangka mencapai tujuan ini, kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat secara keseluruhan sangatlah penting. Karena hal ini bukan hanya masalah satu entitas, tetapi upaya bersama dari semua pihak untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dan mengurangi dampak pendidihan global bagi lingkungan kita.

Berikut ini Langkah yang Dapat Dilakukan Masyarakat dalam Upaya Mengurangi Dampak Global Boiling 

  • Kesadaran dan Pendidikan

Memahami dampak pemanasan global dan berbagi pengetahuan ini dengan orang lain. Pendidikan tentang praktik ramah lingkungan dan kebutuhan untuk mengurangi jejak karbon.

  • Kurangi Emisi

Mengurangi penggunaan energi fosil dengan beralih ke energi terbarukan, menggunakan transportasi ramah lingkungan, dan mengurangi konsumsi listrik secara berlebihan.

  • Hemat Energi

Memanfaatkan energi secara efisien dengan menggunakan peralatan hemat energi, mematikan peralatan elektronik ketika tidak digunakan, dan mempertimbangkan gaya hidup yang lebih sederhana.

  • Mendorong Perubahan Kebijakan

Mengambil bagian dalam aktivisme dan mendukung kebijakan publik yang mendukung energi terbarukan, pengelolaan limbah yang baik, dan praktik pertanian yang berkelanjutan.

Sumber Rujukan :

NASA. (2023, Desember 15). Antarctic Ice Mass Loss: 2002-2023 [Video]. NASA Climate Change: Vital Signs of the Planet. https://climate.nasa.gov/climate_resources/265/video-antarctic-ice-mass-loss-2002-2023/

BBC Indonesia. (2023, 3 April). Lapisan es di Antarktika Timur mulai mencair, 'raksasa tidur' yang berpotensi memicu kenaikan permukaan laut. BBC. https://www.bbc.com/indonesia/articles/c84m1jw4x30o

Environmental Protection Agency (EPA). (2021, April). Climate Change Indicators: Sea Surface Temperature. EPA. https://www.epa.gov/climate-indicators/climate-change-indicators-sea-surface-temperature

Mongabay Indonesia. (2023, September 20). Kebakaran Hanguskan Lebih dari Seperempat Hutan Dunia. Mongabay. https://www.mongabay.co.id/2023/09/20/kebakaran-hanguskan-lebih-dari-seperempat-hutan-dunia/

United Nations. (2023, July 27). Secretary-General's Opening Remarks at Press Conference on Climate. United Nations. https://www.un.org/sg/en/content/sg/speeches/2023-07-27/secretary-generals-opening-remarks-press-conference-climate

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun