Mohon tunggu...
Alia MyraZahira
Alia MyraZahira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Melukis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menumbuhkan Sikap Kolaborasi, Diskusi, Berpikir Kritis di Pembelajaran IPS yang Berpusat pada Siswa

12 Juni 2023   20:29 Diperbarui: 12 Juni 2023   20:59 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstrak

Pembelajaran dinyatakan berhasil ketika siswa mampu memahami apa yang telah dipelajarinya karena proses pembelajaran dan hasil belajar memiliki hubungan yang sangat erat. Peningkatan hasil belajar akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana proses pembelajaran dilakukan oleh para pengajar atau guru. Agar terciptanya pembelajaran yang berhasil diperlukan persiapan sebelum kegiatan pembelajaran, guru harus menentukan model pembelajaran yang tepat karena model pembelajaran yang tepat dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang diajarkan dalam proses pembelajaran siswa juga perlu motivasi belajar. 

Penggunaan model pembelajaran kolaborasi dan inkuiri sosial diharapkan mampu untuk meningkatkan hasil belajar siswa model pembelajaran ini dapat dikembangkan oleh guru secara optimal serta bisa menjadi alternatife model pembelajaran IPS yang diminati siswa. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dengan mengumpulkan bahan-bahan bacaan dari artikel maupun jurnal yang berkaitan pengembangan model pembelajaran kolaborasi dan inkuiri untuk menumbuhkah sikap kolaborasi, diskusi, dan berpikir kritis dalam pembelajaran IPS.

Pembahasan

Pembelajaran IPS dianggap tidak merangsang atau melatih kemampuan siswa untuk berpikir atau adanya anggapan yang memandang IPS sebagai pelajaran yang sangat mudah dipelajari dibandingkan dengan pelajaran yang lain. Pelly (1990) dalam Sanjaya (1998) menemukan adanya kecenderungan di kalangan siswa yang menganggap bahwa IPS merupakan bidang studi yang menjemukan atau bisa dibilang membosankan.

Padahal IPS merupakan mata pelajaran yang sangat penting dan kompleks karena mempelajari fenomena-fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat. IPS menjadi mata pelajaran penting karena akan menjadi bekal bagi siswa dalam kehidupan bermasyarakat secara nyata. Mata pelajaran ips merupakan gabungan dari beberapa bidang ilmu pengetahuan yaitu geografi, ekonomi, sejarah, dan sosiologi.

Salah satu masalah yang menjadikan IPS membosankan dan kurang menantang minat belajar adalah kecenderungan guru dalam pengelolaan belajar yang lebih berorientasi pada proses menghafal materi dengan menggunakan metode ceramah. Akibatnya, siswa mudah jenuh karena aktivitas siswa hanya duduk mendengarkan penjelasan  dan sesekali tanya jawab. Hal ini akan membuat minat siswa pada mata pelajaran IPS rendah dan berdampak pada hasil belajar yang rendah. Dari opini diatas, adanya solusi yang menguntungkan bagi pembelajaran IPS yaitu dengan model pembelajaran inkuiri.

Menurut Joyce (1986), model inkuiri sosial adalah strategi pembelajaran dari kelompok sosial (social family) subkelompok konsep masyarakat (concept of society). Dengan kata lain, metode pendidikan bertujuan untuk meningkatkan perkembangan  anggota masyarakat ideal yang bisa hidup dan berkehendak untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu, para siswa harus mendapatkan pengalaman yang cukup memecahkan masalah-masalah yang terjadi di Masyarakat (Sanjaya, 2006). 

Bertolak belakang dengan pendapat yang mengatakan bahwa IPS merupakan pembelajaran yang membosankan karena banyaknya materi yang hanya dijelaskan secara ceramah oleh guru, model pembelajaran inkuiri ini dapat memecahkan pendapat tersebut karena dalam pembelajaran inkuiri, guru sebagai fasilitator. 

Para pendidik tidak memberikan pembelajaran dengan model ceramah dalam memberikan informasi kepada siswa. Guru juga harus fokus pada tujuan pembelajaran untuk mengembangkan siswa pada tingkat berpikir yang lebih tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Guru harus mampu merumuskan pertanyaan yang menonjolkan sifat kritis siswa, dan setiap pertanyaan yang diajukan dirancang untuk merangsang siswa memikirkan jawabannya.

Pembelajaran inkuiri adalah sebuah siklus. Menurut Amri dan Ahmadi (2010), siklus terdiri dari tujuh bagian, antara lain: siswa belajar perpindahan dari pengamatan ke pemahaman, berpikir kritis, mengamati, membuat asumsi/hipotesis tentatif, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi dan menarik kesimpulan. Ada beberapa langkah dalam pembelajaran inkuiri: (1) menggambarkan indikator-indikator masalah atau situasi, (2) memberikan kemungkinan jawaban atau penjelasan, (3) mengumpulkan bukti-bukti   yang dapat digunakan untuk menguji kebenaran jawaban atau penjelasan.

(4) menguji kebenaran jawaban sesuai dengan bukti-bukti yang terkumpul, dan (5) merumuskan kesimpulan yang didukung oleh bukti yang terbaik (Dewey (1910) dalam Sapriya (2009)).Orientasi model pembelajaran inkuiri adalah interaksi sosial antar individu dengan model ini diharapkan dapat memperbaiki masyarakat melalui perbaikan hubungan-hubungan intrapersonal melalui prosedur demokratis. Pendidikan mampu mengembangkan individu dengan sendirinya dapat mempertimbangkan berbagai informasi dalam konsep dan nilai.

Dalam inkuiri sosial masalah yg dikaji adalah masalah sosial di masyarakat tahapan pelaksanaanya dimulai dengan orientasi terhadap masalah, menyusun hipotesis, membuat perumusan dan pembatasan masalah, melakukan riset mengumpulkan fakta dan data, perumusan hasil lalu generalisasi. Dalam pengembangan model pembelajaran inkuiri terdapat tiga karakteristik, yaitu: (1) masalah sosial yang penting dan mendorong terjadinya diskusi di dalam kelas, (2) rumusan hipotesis, (3) penggunaan fakta untuk menguji hipotesis. 

Dalam pelaksanaan model pembelajaran inkuiri sosial ini tugas guru adalah membantu siswa berinkuiri dan membantu siswa memperbaiki cara kerja dalam pelaksanaanya guru sebagai pelopor terjadinya inkuiri yang melihat fase-fase yang siswa lalui, adanya perpustakaan dan sumber yang banyak memiliki informasi akan sangat membantu siswa.

Dalam pembelajaran IPS guru juga bisa menggunakan model pembelajaran kolaboratif, Ted Panitz (1996) menjelaskan bahwa pembelajaran kolaboratif adalah filsafat personal yang bukan hanya teknik pengajaran di kelas.  Menurutnya, kolaborasi adalah filosofi komunikasi dan gaya kehidupan yang mengubah kerja sama menjadi struktur komunikasi yang terencana

dengan cara yang memfasilitasi upaya bersama untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam semua situasi, ketika ada beberapa orang  dalam  kelompok, kerja sama

adalah cara untuk terhubung satu sama lain dan saling menghormati dan menghargai bakat dan kontribusi setiap anggota tim. Model pembelajaran ini diharapkan dapat menumbuhkan kerjasama atau kolaborasi antar siswa dalam sebuah kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Model pembelajaran ini bertujuan untuk membangun pengetahuan siswa melalui dialog serta saling berbagi informasi sesama siswa atau guru sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. 

Dalam model pembelajaran kolaboratif guru berperan sebagai mediator, guru menjelaskan korelasi dari informasi baru terhadap pengalaman siswa dengan cara menghubungkan belajar di bidang lain, membantu siswa untuk menentukan apa yang harus dilakukan ketika dalam kesulitan, dan membantu mereka untuk belajar cara untuk belajar. 

Salah satu ciri dari kelas yang menerapkan model pembelajaran ini adalah muridnya tidak dikelompokan berdasarkan kemampuan, minat, atau karakteristik lainnya karena dinilai akan menghambat kolaborasi dan mengurangi kesempatan belajar bersama siswa lainnya. Dengan demikian, seluruh siswa dapat kesempatan untuk belajar dari siswa lain dan seluruh siswa memiliki kesempatan memberikan masukan dan menghargai masukan yang diberikan orang lain.

Berikut adalah langkah-langkah dari pembelajaran kolaboratif (Sulhan, 2006):

  • Dalam kelompok siswa menetapkan tujuan belajar serta membagi tugasnya masing-
  • masing.

2. Dalam kelompok seluruh siswa membaca, menulis, dan berdiskusi.

3. Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi, mendemontrasikan,

meneliti, menganalisis, dan memformulasikan jawabanjawaban tugas atau masalah dalam

LKS atau masalah yang ditemukan sendiri.

4. Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing masing

siswa menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap.

5. Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua kelompok dapat giliran ke depan) untuk melakukan presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan kelas, siswa pada kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi. Kegiatan ini dilakukan selama lebih kurang 20-30 menit.

6. Masing-masing siswa dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpulan.

7. Masing-masing siswa membuat laporan tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun perkelompok kolaboratif.

8. Laporan siswa diperbaiki, diberi komentar, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan kembali

Kesimpulan 

Salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar adalah model pembelajaran karena dapat menentukan keefektifan pembelajaran, aktivitas dan hasil belajar siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan menjadikan pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. 

Dengan begitu pelajaran IPS yang dianggap membosankan akan menjadi menyenangkan. Saran bagi guru ketika pembelajaran IPS agar dapat menerapkan model pembelajaran baik kolaboratif atau inkuiri sosial untuk mengembangkan dan melatih kemampuan berpikir kritis, bekerjasama, serta diskusi siswa melalui serangkaian tahapan pembelajaran dibandingkan dengan menggunakan model konvensional

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun