Pada kesempatan kali ini kita akan membicarakan serta membedah tentang sebuah lukisan kaligrafi yang sangat indah dan penuh dengan serat akan makna kehidupan bagi kita semua. karena banyak pelajaran hidup yang dapat kita ambil sebagai kualitas diri menjadi manusia yang sempurna, dan agar senantiasa kita lebih mengenal Tuhan.
Tenang saja, kita akan membedah karya seni kaligrafi ini, secara perlahan agar makna dari lukisan itu dengan mudah sampai kedalam sanubari hati.
Dalam lukisan tersebut terlihat jelas bahwa terdapat gambar orang yang sedang duduk bersila seraya dengan keadaan kedua tangan terbuka. Gambar tersebut melambangkan tentang arti memahami jati diri kita sendiri. Siapakah diri kita ini, bagaimana kita dapat mengenal Tuhan kita, jika tidak mengetahui sejatinya diri kita sendiri.
Ada empat hal yang menjadi dasar landasan agar kita dapat mengenal jati diri kita, pertama, secara sifat (shifah), kedua, secara perbuatan (af’al), ketiga, secara nama (asma’), keempat, secara wujudnya (dzat). Secara konteks bagaimana mengenal Allah yang esa menjadi awal dan akhir.
Dalam ajaran ilmu tasawuf, orang harus mengenal lebih dulu tentang jati dirinya sendiri, sebelum menuju ke Tuhannya. Manusia merupakan simbol dari penciptaan makhluk tuhan yang sempurna, atau disebut sebagai Insan Kamil.
Menurut Ibnu Arabi, manusia adalah tempat tajalli, Tuhan yang paling sempurna, karena manusia adalah al-kaum al-jami’, merupakan menjadi sentral wujud yang disebut wujudnya alam kecil (mikrokosmos), karena manusia yang sempurna merupakan miniatur alam semesta secara kecil.
Sedangkan yang disebut alam besar (makrokosmos) merupakan gambaran dari sifat-sifat ketuhanan.
Di dalam kitab Al-Futuhat Al-Makkiyah, Ibnu Arabi menjelaskan, bahwa benda-benda yang ada di alam ini, dari yang terbesar sampai yang terkecil, terdapat di dalam diri manusia. Itulah sebabnya kenapa manusia dijadikan khalifah oleh Tuhan.
Untuk mengenal diri, kita harus mengenal asal kejadian diri.
Proses tentang adanya diri berasal dari Nur Muhammad atau Hakikah Muhammadiyah. Menurut Al-Hallaj, Nur Muhammad, adalah sumber dari segala sesuatu, segala kejadian, amal perbuatan dan munculnya ilmu pengetahuan.