Setelah menyusuri Jalan Braga, saya bergegas menuju jalan di samping kanan Gedung Merdeka, Jalan Cikapundung Timur. Di sana ada area bekas lapangan parkir yang diubah menjadi taman asri Cikapundung Riverspot.
Dalam area Cikapundung Riverspot ada deretan bangku persegi empat, berwarna merah menyala yang menggoda untuk segera disinggahi, sekadar melepas lelah atau menikmati makanan kecil.
Tepat di depan bangku-bangku ada undakan-undakan lantai meliuk-liuk. Di tengah ruang terbuka antara bangku dan undak-undakan ada lantai bergaris melingkar-lingkar. Kurang lebih berukuran dua meter persegi. Di sana ada lubang-lubang kecil serta lampu aneka warna. Pada saat-saat tertentu, dari lubang pipa tersebut meluncur air mancur, yang bergerak mengikuti iringan musik.
Jika malam tiba, saat air mancur tersebut menari-nari mengikuti iringan musik, terlihat berwarna-warni dan sangat cantik. Cocok sekali untuk relaksasi.
6). Masjid Berarsitek Budaya Tionghoa
Tidak jauh dari Cikapundung Riverspot, tepatnya di Jalan Banceuy No. 8 Bandung ada masjid etnis Tionghoa di Bandung, yaitu Masjid Al-Imtizaj. Al-Imtizaj dalam bahasa Tionghoa Ronghe, yang dalam bahasa Indonesia artinya pembauran.
Masjid dengan arsitek budaya Tionghoa tersebut cukup menyita siapa pun yang melintasinya. Gapura masjid berbentuk kelenteng, di atasnya berdiri kubah. Perpaduan yang cukup indah. Setelah melewati gapura pengunjung menuruni anak tangga menuju pintu masjid.
Bangunan dalam, pada dinding juga masih tetap mempertahankan budaya Tionghoa, walaupun tulisannya adalah kalimat syahadat. Masjid ini terbuka untuk siapa pun yang akan melaksanakan shalat, jadi bukan hanya untuk muslim keturunan saja.
7). Penjara Soekarno