Dengan tilik sejarah penciptaan manusia yang demikian, tentunya kita kembali sadar bahwa hidup di dunia hanyalah sementara. Akan ada masanya diri kita berpulang kembali ke hadapan-Nya. Pulang kembali ke "kampung halaman" itulah mimpi besar yang seharusnya dimiliki oleh setiap kita.
Mimpi Besar yang KeliruÂ
Adalah menjadi barang umum hari ini bahwa mimpi besar identik dengan hal-hal yang berkaitan dengan materi. Memiliki harta yang melimpah, sehingga bisa "membeli kebahagiaan". Menjadi orang yang berkuasa, sehingga bisa "mengatur kebahagiaan". Semua itu tersentralisasi pada diri, keluarga, atau kelompok tertentu. Tidak berlakulah "menjadi orang yang memberi manfaat sebanyak-banyaknya dan sebesar-besarnya untuk sesama manusia (sekaligus kepada hewan dan alam)".
Sedangkan mimpi besar lainnya yang juga bersifat materi dan tersentralisasi pada diri ialah menikmati kenyamanan hidup tanpa peduli nasib orang lain yang masih tertinggal. Sengaja menutup mata dari fenomena jurang kemiskinan yang semakin dalam akibat pendidikan yang belum merata dan penguasa yang semena-mena.
Itu adalah mimpi besar yang keliru.
Mimpi yang Sederhana
Tidak ada mimpi yang sederhana.
Jika seseorang bermimpi untuk menjadi seorang hartawan sehingga ia mampu membantu perekonomian banyak orang, maka mimpinya besar. Jika seseorang bermimpi untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya sehingga ia mampu memberikan pemecahan masalah, maka mimpinya besar. Jika seseorang bermimpi untuk menjadi seorang petinggi daerah sehingga mampu menjadikan daerah pimpinannya maju dari banyak aspek, maka mimpinya besar. Â
Bahkan, bermimpi untuk memperbaiki nasib sehingga tidak menggantungkan diri pada orang lain adalah satu langkah kecil menuju mimpi yang besar. Karena bangun dari kondisi terpuruk dan mampu memberdayakan diri sendiri bukanlah sesuatu yang kecil nan mudah dilakukan. Gigih memperbaiki nasib dan memberdayakan diri adalah indikasi bahwa seseorang memiliki mimpi besar yang ingin diraihnya.
Semoga Terjawab
Mengapa kita harus bermimpi besar?