"Lha. Berarti ini bukan kado? Masa tukaran"
"Aku sudah membuat kartu ucapan kok Kak."
"oh ya?" Tanyaku.
Ia lalu berceloteh
"iya dong. Isinya Hai Sahabatku yang dicintai Allah. Semoga kau jadi pemain bola seperti Mesti Osil yang selalu membaca al-fatihah sebelum bermain. Semoga Allah selalu menjagamu sampai besar nanti. Terus aku gambar  bola dipingir-pinggirnya kak"
"Mesut Osil adek. Bukan Mesti Osil." aku tertawa
"hihi.. Tapi kak, sepatunya yang merah ada jamur kakinya, yang biru gak ada. Kakak kemarin salah beli." adikku mengangkat sepatunya.
"Astagfirullah. Kakak lupa kalau adek pesannya sepatu bola. Bukan sepatu futsal." Â Jadi gimana dong dek?"
"kakak beli lagi... Hehe" wajah Firyal memelas.
Belum sempat aku menjawabnya, sebuah kecupan mendarat di pipi kananku. Aku hanya bisa pasrah memutar bola mata.