Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang terkenal sangat massif membawah ide perjuangan untuk menegakkan syariah dan Khilafah di Indonesia pun hadir dalam pertemuan yang diadakan oleh MUI pada saat itu. Dalam pertemuan tersebut, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Hizbut Tahrir Indonesia (DPP HTI), Muhammad Rahmat Kurnia menyatakan hal pertama yang diperlukan dalam menyikapi isu ISIS ini adalah sikap proporsional, waspada, dan hati-hati. “Pasca meninggalnya Osama bin Laden yang dianggap teroris oleh Barat, isu terorisme memudar. Tidak laku. Jangan sampai kasus ISIS ditarik ke sana ke mari sehingga semua hal berbau Islam dengan mudah diberi stigma sebagai paham ISIS. Orang yang pro syariah dituding berpaham ISIS. Pihak yang setuju dengan perda syariah dengan mudah dituduh menyebarkan paham ISIS. Jangan sampai isu ISIS dijadikan alat untuk menjauhkan Islam dari umat Islam,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Rahmat menjelaskan di hadapan para pimpinan ormas Islam, “Jangan sampai pula penolakan terhadap ISIS yang mendeklarasikan khilafah dengan cara kekerasan, menjadikan kita menolak hadis-hadis Nabi Muhammad SAW tentang khilafah. Padahal, tidak kurang dari 39 hadis Rasulullah berbicara tentang khilafah. Perlu dibedakan antara tindak kekerasan ISIS dengan ide khilafah sebagai gagasan yang berasal dari Islam yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW.” “Penting hati-hati, jangan sampai isu ISIS dijadikan sebagai alat monsterisasi syariah dan khilafah,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu pula Rahmat menyampaikan sikap HTI terkait ISIS. “HTI memandang khilafah yang diproklamirkan oleh ISIS tidak sah secara syar’iy”. Alasannya, metode yang digunakan bukan metode Rasulullah SAW. Rasulullah SAW tidak menempuh jalan kekerasan, apalagi menghancurkan masjid, melakukan pembunuhan, dsb. Selain itu, wilayah dan kekuasaan yang nyata (sulthan dzatiyan) tidak ada karena kondisinya kondisi konflik. Keamanan dalam dan luar negeri pun tidak berada di tangan kaum Muslim. Bahkan, ‘Khalifah’ ISIS dibaiat oleh anggota milisinya bukan penduduk sekitar, padahal dulu Rasulullah SAW dibaiat oleh kalangan anshar tempat beliau berhijrah. Jadi, ISIS tetap sebagai milisi bersenjata dan bukan khilafah.
Khilafah itu Perintah Allah dan Rosul-Nya
Pembaca yang budiman, khilafah adalah ide Islam sehingga umat Islam wajib mendukungnya. Khilafah bersumber dari Alquran, Sunnah, Ijma dan Qiyas. Dan yang substansi dari ide khilafah itu ukhuwah, syariah dan dakwah. Ukhuwah artinya persatuan umat Islam seluruh dunia. Syariah artinya penerapan syariat Islam secara kaffah. Dakwah artinya menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia. Tiga substansi inilah yang terangkum dalam kata ‘khilafah’ maka tidak ada yang buruk dari ide khilafah karena ini bersumber dari sumber ajaran Islam makanya wajib didukung oleh umat Islam.
Sekulerisme Sejatinya Merupakan Musuh Bersama (Common Enemy) NKRI
Penulis seringkali tegaskan dalam setiap pertemuan bahwa musuh bersama NKRI itu bukan Islam, baik dalam bentuk Syariah maupun Khilafahnya melainkan musuh bersama yang nyata yang mengancam negara ini adalah sekulerisme dengan demokrasi sebagai sistem politik pemerintahannya, liberalisme sistem ekonominya dan kapitalisme ideologinya, yaitu sebuah pemahaman yang memisahkan agama (baca: Islam) dari kehidupan. Dari pemahaman tersebut lahir sistem pemerintahan/ politik demokrasi yang bertentangan dengan Islam, dimana hukum-hukum Allah Swt yang agung dan mulia diterlantarkan dan yang menjadi rujukan dalam sistem pemerintahan tersebut adalah hukum buatan manusia (toghut). Tidak hanya itu, sistem politik demokrasi berbiaya mahal sehingga memicu dan memacu para pejabat di dalamnya untuk korupsi.
Selain itu, pemahaman (aqidah) sekulerisme juga melahirkan gerakan separatisme seperti Organisasi Papua Merdeka (OPM), Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dll. Anehnya, mereka tidak di sebut-sebut sebagai teroris. Sepertinya, teroris menurut penulis oleh media dan barat hari ini hanya disematkan untuk gerakan Islam saja. Padahal yang namanya teroris itu aktivitasnya adalah melakukan teror terhadap masyarakat. Mengacu pada definisi teroris tersebut, penulis dengan berani tegaskan bahwa Amerika Serikat dan Israel merupakan teroris yang sebenarnya. Telah banyak korban yang tidak bersalah telah berguguran oleh kedua Negara Teroris tersebut.
ISIS sejatinya Pengalihan ISU
Pembaca yang budiman, sebagai penutup penulis akan menyimpulkan dua hal saja, pertama, ISIS bukan Common Enemy yang sesungguhnya melainkan sekulerisme. Kedua, isu ISIS di blow up hanya untuk mengalihkan/ menutupi isu kenaikan BBM, tarif dasar listrik, meningkatnya angka kemiskinan, sengketa freeport, pemilu dan isu nasional lainnya. Tidakkah pembaca sadar bahwa seringkali terkait berita tentang bobroknya sistem pemerintahan demokrasi dan kebijakan yang tidak pro rakyat, isu terorisme dimunculkan?
Mari menjadi rakyat yang cerdas, kritis dan solutif. Penulis tidak akan pernah bosan menawarkan solusi dari berbagai persoalan yang melanda Indonesia, yaitu kita harus kembali pada penerapan Islam kaaffah dalam bingkai Daulah Khilafah Rosyidah yang akan menerapkan syariat Islam diseluruh aspek kehidupan. Mari kita ambil bagian dalam perjuangan untuk menegakkannya kembali dengan jalan syar’i yang dicontohkan oleh Rosululloh Saw. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” QS. Al A’Rof: 96.