Mohon tunggu...
Politik

ISIS Ancam Kedaulatan NKRI?

18 Januari 2016   11:20 Diperbarui: 18 Januari 2016   11:42 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Isu ISIS merupakan isu yang lahir di Timur Tengah, dimana gerakan tersebut bermula dari Iraq yang awal mulanya bernama ISI (Islamic of Iraq) atau Negara Islam Iraq kemudian sejak terjadinya pembantaian keji oleh rezim diktator Bashar Assad atas rakyatnya sendiri dan adanya perlawanan dari mujahidin berama rakyat Suriah, ISI masuk ke Suriah berubah menjadi ISIS (Islamic State of Iraq and Syria).

Apa yang dilakukan oleh ISIS telah berlebihan sehingga masyarakat dunia cenderung mengecam dan memberikan stigma (negatif) pada gerakan bersenjata tersebut. Penulis pikir kita semua bisa dengan mudah mengakses berita itu dari berbagai media yang hari ini gencar memberitakannya. Dampak dari hal tersebut, banyak tokoh di Indonesia, mulai dari pengamat politik, tokoh agama, ulama, dosen, BNPT hingga pemerintah Indonesia itu sendiri memutuskan bahwa ISIS adalah musuh bersama yang berbahaya dan harus diredam agar ide/ pemahaman yang dibawa ISIS tidak sampai ke Indonesia.

 “MonsterisasiIde Khilafah

Pembaca yang budiman, media hari ini memiliki peranan penting dalam membuat opini di tengah masyarakat. Oleh karena itu, kita harus pandai-pandai mengambil dan “mencerna” apa pun yang berasal dari media termasuk berita mengenai ISIS yang kita bahas saat ini. Kalau kita jeli, media seakan menjeneralisir pemberitaan ISIS, sehingga apa pun yang dibawa oleh ISIS harus di tolak dan dianggap berbahaya serta merupakan musuh bersama, salah satunya menyangkut ide Khilafah yang dibawa ISIS.

Penulis dalam hal ini ingin menegaskan bahwa semua pihak termasuk pemerintah harus menyikapi hal tersebut secara proporsional. Dalam arti bahwa bisa saja pemerintah atau sebagian besar pihak tidak setuju dengan organisasi yang bernama ISIS tetapi jangan sampai penolakan terhadap ISIS itu menjadi penolakan terhadap ide khilafah.

Cegah “Monsterisasi” Khilafah

Berkaitan dengan hal di atas, pada tanggal 7 Agustus 2014, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar peremuan khusus untuk membahas ISIS. Pertemuan tersebut dihadiri oleh lebih dari lima puluh tokoh dari berbagai organisasi Islam. Menurut Ketua Umum MUI Prof. Din Syriasudin, selayaknya harus lebih hati-hati dalam menyikapi isu ISIS ini agar tidak menimbulkan kontraproduktif terhadap Islam. “Kita harus lebih hati-hati dalam menyikapi isu tentang ISIS. Jangan sampai justru kontraproduktif dengan arus utama gagasan Islam di negeri ini. Oleh karenanya kami undang para pimpinan Ormas untuk memberikan masukan dan gagasannya,” ungkap Prof. Din.

Hal Senada disampaikan Fahmi Salim, MA (Komisi Pengkajian dan penelitian MUI) bahwa menyikapi ISIS jangan sampai kontra produktif. “Kita harus hati-hati dalam menyikapi isu ISIS agar tidak kontra produktif. Jangan sampai isu ISIS ini digunakan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab untuk memojokkan gerakan islam yang mengusung dakwah Islam dan gagasan islam yang umum seperti syariah islam dan khilafah,” ujar Fahmi.

Lebih lanjut ia menegaskan bahwa kita menolak ISIS bukan karena gagasan syariah Islamnya, bukan karena Daulah Islamiyah atau gagasan Khilafah Islamiyah. “Kita menolak ISIS bukan karena gagasan tapi kita menolak ISIS karena tindakan Radikal, membunuhi Ulama, menghancurkan masjid-masjid dan situs-situs bersejarah. Itu yang kita tolak,” tegas Fahmi.

Menyambung pernyataan Fahmi, KH. Ahmad satori (Ketua Umum IKADI), juga menegaskan bahwa kita harus hati-hati dalam membuat pernyataan penolakan terhadap ISIS. “Kita setuju menolak kekerasan yang dilakukan oleh ISIS jangan sampai menolak ide Islam dan sesuatu yang sudah “Ma’lumun min Ad diin biddlaruroh.” tegas Ahmad Satori.

Pembaca yang budiman, dalam berbagai kitab para ulama salaf, “Ma’lumun min Ad diin biddlaruroh.” maknanya adalah sesuai yang sudah diketahui dari agama ini (Islam) karena begitu sangat pentingnya. Diantara perkara yang termasuk di dalamnya adalah Kepemimpinan dalam Islam (Khilafah). Majelis Ulama Indonesia (MUI) enggan menggeneralisasi penegakkan khilafah yang tengah diperjuangkan Islamic State of Irak and Syiria (ISIS). Karena, tak semua konsep khilafah dianggap sesat. "Hizbut Tahrir Indonesia pun menyatakan ISIS sesat. Karena cara yang ditempuh untuk memeroleh penegakkan khilafah dengan jalan yang salah," terang Wakil Ketua MUI Maruf Amin.

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang terkenal sangat massif membawah ide perjuangan untuk menegakkan syariah dan Khilafah di Indonesia pun hadir dalam pertemuan yang diadakan oleh MUI pada saat itu. Dalam pertemuan tersebut, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Hizbut Tahrir Indonesia (DPP HTI), Muhammad Rahmat Kurnia menyatakan hal pertama yang diperlukan dalam menyikapi isu ISIS ini adalah sikap proporsional, waspada, dan hati-hati. “Pasca meninggalnya Osama bin Laden yang dianggap teroris oleh Barat, isu terorisme memudar. Tidak laku. Jangan sampai kasus ISIS ditarik ke sana ke mari sehingga semua hal berbau Islam dengan mudah diberi stigma sebagai paham ISIS. Orang yang pro syariah dituding berpaham ISIS. Pihak yang setuju dengan perda syariah dengan mudah dituduh menyebarkan paham ISIS. Jangan sampai isu ISIS dijadikan alat untuk menjauhkan Islam dari umat Islam,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Rahmat menjelaskan di hadapan para pimpinan ormas Islam, “Jangan sampai pula penolakan terhadap ISIS yang mendeklarasikan khilafah dengan cara kekerasan, menjadikan kita menolak hadis-hadis Nabi Muhammad SAW tentang khilafah. Padahal, tidak kurang dari 39 hadis Rasulullah berbicara tentang khilafah. Perlu dibedakan antara tindak kekerasan ISIS dengan ide khilafah sebagai gagasan yang berasal dari Islam yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW.” “Penting hati-hati, jangan sampai isu ISIS dijadikan sebagai alat monsterisasi syariah dan khilafah,” tambahnya.

Dalam kesempatan itu pula Rahmat menyampaikan sikap HTI terkait ISIS. “HTI memandang khilafah yang diproklamirkan oleh ISIS tidak sah secara syar’iy”. Alasannya, metode yang digunakan bukan metode Rasulullah SAW. Rasulullah SAW tidak menempuh jalan kekerasan, apalagi menghancurkan masjid, melakukan pembunuhan, dsb. Selain itu, wilayah dan kekuasaan yang nyata (sulthan dzatiyan) tidak ada karena kondisinya kondisi konflik. Keamanan dalam dan luar negeri pun tidak berada di tangan kaum Muslim. Bahkan, ‘Khalifah’ ISIS dibaiat oleh anggota milisinya bukan penduduk sekitar, padahal dulu Rasulullah SAW dibaiat oleh kalangan anshar tempat beliau berhijrah. Jadi, ISIS tetap sebagai milisi bersenjata dan bukan khilafah.

Khilafah itu Perintah Allah dan Rosul-Nya

Pembaca yang budiman, khilafah adalah ide Islam sehingga umat Islam wajib mendukungnya. Khilafah bersumber dari Alquran, Sunnah, Ijma dan Qiyas. Dan yang substansi dari ide khilafah itu ukhuwah, syariah dan dakwah. Ukhuwah artinya persatuan umat Islam seluruh dunia. Syariah artinya penerapan syariat Islam secara kaffah. Dakwah artinya menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia. Tiga substansi inilah yang terangkum dalam kata ‘khilafah’ maka tidak ada yang buruk dari ide khilafah karena ini bersumber dari sumber ajaran Islam makanya wajib didukung oleh umat Islam.

Sekulerisme Sejatinya Merupakan Musuh Bersama (Common Enemy) NKRI

Penulis seringkali tegaskan dalam setiap pertemuan bahwa musuh bersama NKRI itu bukan Islam, baik dalam bentuk Syariah maupun Khilafahnya melainkan musuh bersama yang nyata yang mengancam negara ini adalah sekulerisme dengan demokrasi sebagai sistem politik pemerintahannya, liberalisme sistem ekonominya dan kapitalisme ideologinya, yaitu sebuah pemahaman yang memisahkan agama (baca: Islam) dari kehidupan. Dari pemahaman tersebut lahir sistem pemerintahan/ politik demokrasi yang bertentangan dengan Islam, dimana hukum-hukum Allah Swt  yang agung dan mulia diterlantarkan dan yang menjadi rujukan dalam sistem pemerintahan tersebut adalah hukum buatan manusia (toghut).       Tidak hanya itu, sistem politik demokrasi berbiaya mahal sehingga memicu dan memacu para pejabat di dalamnya untuk korupsi.

Selain itu, pemahaman (aqidah) sekulerisme juga melahirkan gerakan separatisme seperti Organisasi Papua Merdeka (OPM), Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dll. Anehnya, mereka tidak di sebut-sebut sebagai teroris. Sepertinya, teroris menurut penulis oleh media dan barat hari ini hanya disematkan untuk gerakan Islam saja. Padahal yang namanya teroris itu aktivitasnya adalah melakukan teror terhadap masyarakat. Mengacu pada definisi teroris tersebut, penulis dengan berani tegaskan bahwa Amerika Serikat dan Israel merupakan teroris yang sebenarnya. Telah banyak korban yang tidak bersalah telah berguguran oleh kedua Negara Teroris tersebut.

ISIS sejatinya Pengalihan ISU

Pembaca yang budiman, sebagai penutup penulis akan menyimpulkan dua hal saja, pertama, ISIS bukan Common Enemy yang sesungguhnya melainkan sekulerisme. Kedua, isu ISIS di blow up hanya untuk mengalihkan/ menutupi isu kenaikan BBM, tarif dasar listrik, meningkatnya angka kemiskinan, sengketa freeport, pemilu dan isu nasional lainnya. Tidakkah pembaca sadar bahwa seringkali terkait berita tentang bobroknya sistem pemerintahan demokrasi dan kebijakan yang tidak pro rakyat, isu terorisme dimunculkan?

Mari menjadi rakyat yang cerdas, kritis dan solutif. Penulis tidak akan pernah bosan menawarkan solusi dari berbagai persoalan yang melanda Indonesia, yaitu kita harus kembali pada penerapan Islam kaaffah dalam bingkai Daulah Khilafah Rosyidah yang akan menerapkan syariat Islam diseluruh aspek kehidupan. Mari kita ambil bagian dalam perjuangan untuk menegakkannya kembali dengan jalan syar’i yang dicontohkan oleh Rosululloh Saw. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” QS. Al A’Rof: 96.

 

Wallohu’alam []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun