Mohon tunggu...
M. Alghifari Satria P.
M. Alghifari Satria P. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UMB Meruya

Work Hard play Hard

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB1 Prof Dr Apollo

9 April 2021   22:11 Diperbarui: 9 April 2021   23:01 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asset adalah salah satu kategori akun dalam pencatatan akuntansi yang paling sering muncul dalam prakteknya. Namun apa itu asset? Dan apa yang membuat suatu hal dapat disebut sebagai asset?

Dijelaskan dalam Oxford dictionary, asset adalah "seseorang atau sesuatu yang berharga atau bermanfaat untuk seseorang atau sesuatu". Etimologi Kata tersebut menjelaskan perkembangan definisi kata asset dari yang awalnya bahasa latin kuno "ad satis" yang berarti "untuk kecukupan/untuk memuaskan".

Asset pada awalnya secara resmi didefinisikan sebagai "kekayaan yang cukup (untuk memenuhi utang dan warisan)" hingga akhirnya mendapatkan pengertian umum sebagai "properti apa pun yang secara teoritis dapat diubah menjadi uang yang siap pakai" pada tahun 1580an.

Dalam akuntansi, asset memiliki beberapa definisi, definisi pertama berasal dari International Accounting Standard Board (IASB), dalam conceptual framework for financial reporting mereka yang direvisi tahun 2018. Mereka memberikan definisi dari asset adalah sebagai sumber daya ekonomi yang dikendalikan oleh suatu entitas sebagai hasil dari kejadian masa lalu dan dari situ keuntungan ekonomis di masa depan diharapkan akan didapat oleh entitas tersebut.

IAI juga memiliki definisi aset yang serupa dengan IASB yaitu asset sebagai sumber daya ekonomis yang dikuasai oleh perusahaan akibat peristiwa masa lalu yang dapat mendatangkan manfaat ekonomis di masa depan untuk perusahaan. Asset sangat penting bagi perusahaan. Total kekayaan bersih atas suatu perusahaan dihitung berdasarkan jumlah dan nilai asset yang dimiliki. Tidak hanya itu, berjalannya usaha suatu perusahaan juga sangat bergantung pada penggunaan assetnya. Menjaga dan memanage asset adalah kewajiban penting untuk perusahaan.

Asset juga tertuang dalam peraturan pemerintah nomor 24 tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintahan. Disitu dijelaskan bahwa Asset pemerintah memiliki definisi yang menyerupai IASB dan IAI serta menambahkan bahwa manfaat ekonomis yang diberikan asset di masa depan adalah potensi dari aset tersebut memberika sumbangan langsung atau tidak langsung bagi kegiatan operasional baik berupa aliran pendapatan ataupun pengurangan biaya.

Peraturan tersebut juga mengklasifikasikan asset menjadi dua jenis dalam neraca yaitu aset lancar (current) dan aset non lancar (non current). Masih di dalam PP Nomor 24 tadi, dijelaskan bahwa asset dapat disebut lancar apabila dapat direalisasikan/dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 bulan dari tanggal pelaporannya dan asset yang tidak memiliki kriteria tersebut adalah aset non lancar.

Sehingga dapat diartikan bahwa asset lancar adalah aset yang diharapkan dapat dijual atau digunakan dalam operasi standar perusahaan dengan manfaat yang diperoleh didapatkan dalam kurun waktu satu tahun atau kurang. Beberapa contoh asset lancar umum milik perusahaan seperti kas dan sejenisnya, piutang, persediaan, saham, kewajiban dibayar di muka dan lainnya.

Tipe keduanya yaitu asset non lancar/aset tetap (non current). PSAK Nomor 16 revisi tahun 2015 mengatakan bahwa asset tetap dimiliki untuk digunakan dalam produksi penyediaan barang dan jasa, untuk disewakan kepada orang lain, atau hanya memenuhi tujuan administratif dan diharapkan dapat digunakan selama lebih dari satu periode.

Dari penjelasan tersebut, asset lancar sudah seperti layaknya sebuah investasi yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan manfaat/keuntungan atau mengurangi biaya beban. Manfaat aset tetap walaupun tidak dapat dirasakan secara langsung, asset tetap berperan penting dalam operasional perusahaan. Beberapa contoh asset tetap yang umumnya dimiliki perusahaan adalah alat/mesin produksi, bangunan (pabrik, kantor, dsb), property (seperti tanah), saham di perusahaan lain, dll.

Klasifikasi selanjutnya berasal dari Pernyataan standar akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16 juga menyebutkan bahwa asset adalah segala kekayaan yang dimiliki individu atau kelompok Baik berwujud ataupun tidak berwujud yang memiliki nilai dan manfaat bagi setiap orang dan perusahaan yang memilikinya.

Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa asset terbagi menjadi dua jenis lagi jika dilihat berdasarkan wujudnya yaitu terlihat (tangible) dan tidak terlihat (intangible). Asset terlihat (tangible) disebut demikian karena memang salah satu karakteristik mereka yang memiliki rupa fisik dan dapat disentuh. Beberapa karakteristik yang mendefinisikan sebuah asset adalah asset tangible adalah :

  • Memiliki bentuk fisik sehingga dapat di lihat, dirasakan, atau disentuh.
  • Nilai mereka turun seiring waktu.
  • Memiliki nilai residu.
  • Dapat dijadikan jaminan untuk mendapat pinjaman.
  • Digunakan dalam operasi harian perusahaan.

Jenis kedua, asset tidak terlihat (intangible). Asset ini adalah kebalikan dari asset tangible yang disebutkan tadi. Salah satu karakteristik dari asset ini adalah Tidak adanya bentuk fisik layaknya asset tangible. Asset ini tidak dapat disentuh, dilihat, atau dirasakan namun memiliki nilai finansial walaupun berbeda dengan asset tangible, asset intangible tidak memiliki nilai yang exact. IAS 38 For recognising and measuring intangible asset mendefinisikam asset sebagai asset tida terlihat non moneter tanpa wujud fisik.

Terdapat 5 jenis asset tidak terlihat yang umumnya dimiliki perusaaan seperti goodwill, ekuitas merek, kekayaan intelektual seperti paten, rahasia dagang, merek dagang, dll), lisensi, daftar pelanggan dan hasil Penelitian dan pengembangan

whatsapp-image-2021-04-09-at-21-38-08-1-607072e28ede481544479ed4.jpeg
whatsapp-image-2021-04-09-at-21-38-08-1-607072e28ede481544479ed4.jpeg
                Layaknya akun lain, asset juga ada kriteria dalam pengakuan (Recognition), pengakuan adalah pencatatan transaksi dalam praktek akuntansi suatu perusahaan. untuk mengakui asset, asset tersebut harus memenuhi kriteria utama layaknya pengakuan liabilitas dan pendapatan/beban, Yaitu Probability. Kriteria diadakan karena dalam prakteknya saat perusahaan melakukan pengeluaran/berbelanja, pengeluaran tersebut bisa saja berupa pengeluaran belaka atau menjadi sebuah asset karena diperlukan untuk megetahui aset mana yang akan dimasukkan ke dalam neraca.

                Jika mengambil contoh dari sejumlah kasus dimana memang memungkinkan untuk mengakui pengeluaran tersebut sebagai aset secara langsung, karena memang memiliki kriteria yang membedakannya dengan sebuah beban dimana Kriteria tersebut adalah bahwa pengeluaran tersebut akan menghasilkan manfaat ekonomi yang nantinya akan mengalir kepada pemiliknya di periode pelaporan yang akan datang. Maka asset tersebut telah memenuhi kriteria probability yang disebutkan tadi.

Kriteria ini memperhitungkan tingkat ketidakpastian adanya manfaat ekonomi yang dapat mengalir ke atau dari perusahaan tersebut. Kriteria ini mempertimbangkan bukti yang tersedia pada saat akun disusun yang terkait dengan kondisi yang ada pada akhir periode pelaporan. Jika kecil kemungkinan manfaat ekonomi akan didapat, maka item tersebut tidak dapat diakui sebagai asset.

Untuk mengetahui nilai suatu Asset maka ada namanya pengukuran asset, pengukuran digunakan untuk mengetahui makna dan nilai ekonomi suatu objek. Biasanya untuk melihat nilai objek dalam mata uang (harganya). Pengukuran ini bukannya tanpa tujuan. Pengambil keputusan, investor dan stakeholder perlu mengetahui berapa nilai asset yang perusahaan miliki.

Financial accounting standard board (FASB) menyebutkan ada 5 cara untuk mengetahui nilai asset. Yaitu dengan

  • Melihat Nilai Historis dari suatu barang. Asset yang berupa gedung, tanah, mesin, parik dapat diketahui nilainya dengan menghitung berapa jumlah uang/biaya yang dikeluakan untuk memperoleh barang tersebut dahulu dan disesuaikan dengan depresiasi atau amortisasi barang tersebut dari waktu ke waktu.
  • Melihat Current Cost-nya. Jadi barang tersebut akan dinilai harganya berdasarkan berapa harga barang tersebut jika dibeli sekarang (untuk menggantinya) makanya dapat disebut juga sebagai Replacement cost.
  • Melihat harga barang tersebut di pasaran sekarang. Asset seperti saham tidak memiliki nilai yang akan tetap. Nilai suatu saham akan meningkat atau menurun sehingga penting untuk menilainya sesuai dengan harga pasaran saham tersebut.
  • Melihat nilai terealisasi bersihnya (net realizable Value) yaitu nilai yang dapat diterima dari asset tersebut namun dikurangi dengan biaya yang diperlukan untuk merubah/konversi asset tersebut menjadi kas/berguna.
  • Terakhir adalah Present (or Discounted) Value of Future Cash Flows. Penilaian ini melihat nilai masa depan dari asset tersebut. Asset seperti piutang atau investasi jangka panjang walaupun dinilai dengan nilainya sekarang namun penerimaan kasnya akan terjadi di masa depan sehingga nilai aslinya harus dihitung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun