Dia melihatku dan berkata "Aku lebih suka makan sendiri", sudah kuduga dia akan menolak ajakanku.Â
Waktu makan siang sangat singkat sehingga aku memutuskan untuk membeli tiga onigiri dan teh dari minimarket. Aku pergi ke taman belakang kampus dan makan disana, kebetulan hari ini tidak ada mahasiswa lain yang berada di taman, hanya ada aku sehingga bisa makan dengan tenang. Dari belakangku terdengar suara seorang perempuan sedang berargumen dengan seseorang di teleponnya, sepertinya dia tidak menyadari ada aku disini.
"AMBIL SEMUA UANGMU, LAGIPULA AKU EMANG DILAHIRKAN UNTUK JADI BONEKA AYAH, TAPI SEKARANG AKU AKAN JADI DIRIKU SENDIRI JADI JANGAN HUBUNGI AKU LAGI" dengan nada tinggi dia berbicara sehingga aku bisa mendengarnya.
Saat aku berbalik karena reflekku aku melihat ternyata dia si ketus. Dia menutup teleponnya dan menangis sesenggukkan. Aku bingung harus apa, karena aku sudah terlanjur mendengar percakapannya. Aku mencoba menghampiri dia, karena kurasa dia belum makan siang aku coba tawari dia onigiri.Â
"Aku yakin kamu belum makan siang, makanlah. Aku dengar onigiri membuat hati lebih senang" dengan basa-basi dan sedikit kebohongan aku tawari dia untuk makan.Â
"Tidak perlu, pergilah dan lupakan apa yang kamu dengar tadi!" dia mengusirku dengan wajah marah.Â
"Mau bolos untuk kelas selanjutnya?" tanyaku.
"Kenapa kamu selalu mengikuti aku, bukannya kamu sudah dengar tentang aku dari orang lain?" jawabnya dengan nada yang sedikit turun.
"Aku tidak percaya omongan orang lain tentang kamu, bagaimanapun aku melihat kamu, kamu adalah orang yang tulus tidak berusaha terlihat baik di depan orang lain dan jadi dirimu sendiri, apa aku salah?" tanyaku.
Dia terdiam. "Kamu orang pertama yang melihatku dengan cara yang berbeda" ucapnya dengan wajah menahan tangis.
"Bagaimana, mau bolos untuk kelas selanjutnya tidak?" tanyaku. Lalu dia tersenyum dan mengangguk.