Mohon tunggu...
Alfredsius Ngese Doja Huller
Alfredsius Ngese Doja Huller Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis adalah salah satu mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang dari Seminari San Giovanni xxiii Malang

Berbagi sembari belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Refleksi Kritis Mengenai Pancasila, Orientasi Filsafat Nusantara

1 Juni 2022   00:23 Diperbarui: 1 Juni 2022   21:11 1945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Pancasila besar yang jadi lambang cinta Indonesia dan Pancasila di Gereja Katedral Jakarta. (Foto: SYIFA NURI KHAIRUNNISA via kompas.com)

Falsafah hidup bersama yang telah dibangun di atas dasar yang kokoh yang kita sebut Pancasila acap kali runtuh hanya karena perbedaan budaya. Sebagai masyarakat yang heterogenitas yang terdiri dari pelbagai suku dan etnik dengan karakter yang berbeda-beda. 

Manusia Indonesia masih memiliki sikap primordial yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena belum ada kesadaran akan kesatuan sebagai masyarakat Indonesia yang berada dan berpijak pada bumi Nusantara. 

Selain itu kepicikan yang sering terjadi di masyarakat juga karena masih minimnya pendidikan yang diterima oleh anak-anak Indonesia. melalui pendidikan Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia sebagai sarana pemersatu pelbagai suku bangsa, agama dan kebudayaan Indonesia dapat diwujudkan[5].

Selain sebagai tantangan saya setuju dengan tesis yang mengakan bahwa budaya Indonesia sebagai asal usul falsafah hidup masyarakat Indonesia. Hal ini sudah tertuang dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Manusia Indonesia memiliki rasa sopan santun yang sangat berbeda dengan negara Barat. 

Selain sopan santun manusia Indonesia adalah masyarakat yang berbudi baik. mereka adalah orang-orang yang suka menolong dan memiliki kepedulian terhadap sesamanya. 

Semisal ketika negara sedang di wabah penyakit Covid-19. Di saat orang-orang kehilangan pekerjaan sekaligus pendapatan. Kesusahan mencari makan. 

Masyarakat Indonesia terkhusus yang mampu turut membantu mereka yang miskin dan susah dengan membagi-bagikan sembako serta obat-obatan yang dibutuhkan.  

Saya sendiri mengalami pertolongan dari umat Allah yang memberi sumbangan berupa makanan ketika komunitas kami di lockdown karena ada yang terinfeksi virus Corona. Ini menjadi bukti bahwa Pancasila sebagai ekspresi hidup dari manusia Indonesia[6].

Dalam sila-sila Pancasila ditemukan karakter bangsa Indonesia yang unik dan khas. Praktis hidup masyarakat yang Pancasialis tampak dalam sikap saling menghormati, kasih kepada sesama, toleransi dan memiliki semangat gotong royong[7]. 

Orang asing yang berkunjung ke Indonesia telah membuktikan bahwa manusia Indonesia adalah orang yang baik hati dan rama serta murah senyum kepada siapa pun sebagai tanda persahabatan. 

Agar karakter bangsa Indonesia tidak luntur. Menurut hemat saya manusia Indonesia harus selalu mewarisi tradisi nenek moyang yang sudah ada sejak dahulu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun