Persahabatan menjadi logika Kerinduan
Kita semua mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Dia yang hidup tidak sendirian kecuali para eremit (pertapa).Â
Dari hubungan kita dengan orang lain, persahabatan adalah yang terindah. sebab ketika orang bersahabat ia mengarahkan dirinya pada sahabatnya. Orang tidak hanya merasa puas dengan dirinya sendiri.Â
Kepenuhannya berada dalam kebersamaan dengan sahabatnya. Orang akan merindukannya dan bersatu dengannya. Bentuk keinginan ini bukan hanya soal kerinduan fisik belaka. Tidak bergerak dari kehausan fisik yang satu ke kedahagaan material yang lain tetapi mengatasi segala apa yang disebut pemenuhan fisik.
Para filosof melukiskan persahabatan sebagai relasi "aku-engkau". Martin Buber mengatakan bahwa pengetahuan itu produk relasi. Pengetahuan paling tinggi adalah relasi "aku-engkau".Â
Sebagai seorang fenomenologi ia memaknai pengetahuan bukan relasi subyek objek tetapi relasi komunikatif. Aku berbicara dengan engkau dan engkau berbicara denganku. Aku merindukan engkau dan engkau merindukan aku. Â Engkau berubah menjadi aku yang lain, bukan berarti ada dua aku melainkan aku semakin menjadi penuh.
Persahabatan bukan berarti memiliki kenyamanan diri. Persahabatan justru memiliki keluhuran dalam kerinduan yang bernyala-nyala dan kegelisahan eksistensial hinga akhirnya menuju ke pelabuhan terakhir peziarahan. Maka untuk itulah aku bersahabat dan merindukan sahabatku sebab yang ku rindukan sedang menunggu kedatanganku.
Sumber : Buku Menjadi Mencintai (berfilsafat teologi sehari-hari) oleh Armada Ryanto