Mohon tunggu...
Alfredo Rahajaan
Alfredo Rahajaan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis tak membuatmu rugi, dan menulis pun tak membuatmu terbebani

Selanjutnya

Tutup

Puisi

UNTUK WANODYA;

18 November 2022   17:01 Diperbarui: 23 November 2022   09:59 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

UNTUK WANODYA

Aku si lelaki yang lahir dari pahatan

Hilang jejaknya di angkasa

Meredam kesedihan di dalam atma.

Air mengenalku dengan baik

di setiap bait hanya menyairkan rintihan.

Dan di setiap rintihan, menciptakan kepedihan.

Yang bertetes di atas kayu yang lapuk

Apakah itu adil? 

Ataukah kau inginkan api yang membakar sepotong ranting sampai jadi bara dan menjadikannya debu?

Ini aku, hanya sebatang rokok

Hanya dinikmati sesaat, 

Jikalau sudah? aku terbuang. 

Abunya hilang tak kasat mata

Dibawa sirna swasmita

Hingga jauh tatapan mata.

Cahaya candra tak sama seperti silaunya bagaskara

Kau menjadi klandestin di lingkup kekosongan

Tangisanku di bawah cakrawala

berkata :

“kau adalah cintamani yang tertulis di atas syair duka, hingga binar tak ada kegelapan yang menutupi itu.”

Bingung menjadi tanda tanya.

Teratai merah menjadi candu kutatap

“apa dia sujana? atau hanya takdir dari gemintang?”

Di widyakusuma kubercerita

“adakah kirana di dunia? yang akan menjadikanku suci.”

Anila tertawa mendengar itu

“tak ada yang cantik di dunia, hanya primadona saja”

Disentuh kebingungan

Dan setelah itu asmaraloka membuatku tenang, dan ia berkata : 

“itu hanyalah konotasi anak muda, jangan tergiur dengan itu! lihatlah sang kelana itu, dia selalu gembira di dalam pedihnya!”

Seorang mahardika merangkulku dan mengajakku pergi.

“lihatlah para batara! mereka selalu kebingungan untuk mengatur rakyatnya, kau hanya perlu jadi dirgantara di antara orang banyak, maka kau akan menjadi baswara.”

Atma berkata:

“usailah pertanyaan di dalam benakmu anak muda, jangan jadikan elegi di dalam puspitamu.”

Sebab kau hanya berperan sebagai sandikala

bukan sebagai amerta dalam harsa.

-Jehuda Alfredo Rahajaan

15 november 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun