Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengukur Pendidikan Tanpa Ujian Nasional, Perlukah?

2 Januari 2025   17:14 Diperbarui: 3 Januari 2025   10:41 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ujian Nasional. (Foto: KOMPAS IMAGES/ANDREAN KRISTIANTO via kompas.com)

Selain itu, Jepang memiliki ujian berbasis bidang studi yang memungkinkan siswa untuk fokus pada minat mereka. Negara-negara seperti Singapura juga mulai menilai siswa berdasarkan keterampilan hidup dan kontribusi sosial mereka. 

Di Indonesia, pendekatan ini dapat diwujudkan melalui proyek akhir yang relevan dengan minat siswa, seperti membuat karya seni, menulis esai, atau menciptakan produk inovatif. Selain itu, ujian modular yang mencerminkan keterampilan spesifik yang telah dipelajari siswa selama tahun ajaran juga dapat menjadi solusi.

Dari pengalaman mengajar di dua SMK dengan kompentensi yang berbeda: SMK Perhotelan dan Tata Busana dan SMK Kesehatan ujian nasional menjadi tidak penting, karena yang dibutuhkan justru standar kompentensi yang ditetapkan sekolah yang bersangkutan dengan para pihak yang terkait (seperti perhotelan atau rumah sakit). 

Siswa justru lebih mempersiapkan diri untuk menjadi pribadi yang berkompeten dengan bidangnya tanpa takut dia akan lulus UN atau tidak. 

Apalagi sekarang dengan kurikulum Merdeka melalui salah satu proyek P5-nya, siswa justru lebih tertantang mengembangkan segala potensi dirinya baik secara personal maupun komunal bersama teman-teman kelompoknya. 

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Pendapat Beragam: Guru, Siswa, dan Orangtua

Pandangan terhadap Ujian Nasional bervariasi tergantung pada sudut pandang. Sebagian besar guru merasa bahwa tanpa Ujian Nasional, mereka memiliki lebih banyak fleksibilitas dalam mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Namun, ada juga kekhawatiran mengenai kurangnya alat ukur standar.

Bagi siswa, banyak yang merasa lebih nyaman tanpa tekanan Ujian Nasional, meskipun ada pula yang kehilangan motivasi untuk belajar secara intensif. 

Sementara itu, orangtua memiliki pandangan yang beragam. Sebagian orangtua menganggap Ujian Nasional membantu mereka memantau perkembangan anak, sementara yang lain merasa bahwa UN lebih banyak membawa tekanan dibanding manfaat.

Kesimpulan: Menuju Evaluasi yang Holistik

Menghapus Ujian Nasional bukan berarti menghilangkan evaluasi pendidikan, melainkan mengubah cara kita menilai keberhasilan siswa. 

Dalam konteks Kurikulum Merdeka, penting untuk mengadopsi pendekatan evaluasi yang lebih holistik. Evaluasi ini harus menghargai keberagaman kemampuan siswa dan mendorong pembelajaran sepanjang hayat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun