Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesta Kanak-Kanak Suci (Holy Innocents): Refleksi atas Kekerasan Terhadap Anak

28 Desember 2024   08:08 Diperbarui: 28 Desember 2024   08:18 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(foto: anastpaul.com)
(foto: anastpaul.com)

Relevansi Dalam Konteks Masa Kini

Momen Pesta Kanak-Kanak Suci sangat relevan untuk kita pikirkan di zaman ini. Laporan tentang kekerasan terhadap anak, baik fisik, emosional, maupun seksual, masih kerap kita jumpai.

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, masih banyak anak-anak yang kehilangan hak-hak dasar mereka, termasuk perlindungan dari kekerasan. 

Mengingat kembali tragedi yang dialami oleh Kanak-Kanak Suci dapat menjadi pengingat bagi kita semua untuk mengutuk setiap bentuk kekerasan dan perjuangan dalam menciptakan dunia yang aman bagi anak-anak.

Konteks global saat ini menunjukkan bahwa kekerasan terhadap anak tidak hanya terjadi di negara-negara dengan konflik bersenjata, tetapi juga merambah ke masyarakat yang memiliki stabilitas relatif.

Kasus-kasus seperti perundungan (bullying) di sekolah, penyalahgunaan dalam keluarga, dan eksploitasi seksual anak melalui internet semakin menjadi perhatian serius.

Misalnya, laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa satu dari empat anak mengalami kekerasan fisik atau emosional sebelum mencapai usia 18 tahun.

Selain itu, selama pandemi COVID-19, banyak anak menghadapi peningkatan risiko kekerasan akibat isolasi sosial dan ketegangan ekonomi yang dihadapi oleh keluarga mereka.

Di Indonesia, kasus seperti yang terungkap dalam media mengenai eksploitasi anak dalam bentuk pekerja anak di sektor informal semakin mengkhawatirkan. 

Anak-anak yang seharusnya mendapatkan pendidikan dan perlindungan, justru terjebak dalam situasi yang memaksa mereka untuk bekerja demi membantu ekonomi keluarga.

Tragedi-tragedi ini menunjukkan bahwa meskipun kita hidup di era yang dianggap lebih modern dan beradab, tantangan untuk melindungi anak-anak dari kekerasan tetap ada di depan mata kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun